Dunia Catat 12 Juta Pasien Covid-19 Terkonfirmasi

Pandemi virus corona telah mencapai tonggak sejarah baru, dengan lebih dari 12 juta kasus penularan terkonfirmasi, berdasarkan pelacak online. (Foto: ilustrasi).

Pandemi virus corona telah mencapai tonggak sejarah baru, dengan lebih dari 12 juta kasus penularan terkonfirmasi, berdasarkan pelacak online yang dibuat oleh Johns Hopkins University.

Amerika Serikat memimpin di dunia dengan jumlah infeksi Covid-19 terkonfirmasi mencapai 3.054.695 - sepertiga dari total dunia - termasuk lebih dari 60.000 kasus baru pada hari Rabu (8/7), angka penambahan terbesar dalam satu hari sejak wabah mulai merebak.

Setidaknya lima negara bagian, California, Texas, Tennessee, West Virginia dan Utah, mencatat rekor jumlah kasus baru pada hari Rabu (8/7), sementara beberapa negara bagian mencatat rekor untuk kasus baru dalam periode tujuh hari. Para pejabat kesehatan di Arizona, California, Florida dan Texas juga memperingatkan bahwa rumah sakit di berbagai penjuru negara bagian mereka telah mencapai atau mendekati kapasitas penuh di unit perawatan intensif mereka.

BACA JUGA: Kasus Covid-19 Meningkat, Melbourne Kembali Berlakukan ‘Lockdown’

Sementara itu, warga kota terbesar kedua di Australia, Melbourne, Rabu (8/7) tengah malam mulai memasuki lockdown selama enam pekan karena lonjakan kasus baru Covid-19 yang mengkhawatirkan. Warga diperintahkan tetap tinggal di rumah kecuali pergi bekerja, ke sekolah, ke dokter atau berbelanja makanan. Para pejabat kota telah memberlakukan perintah tinggal di rumah di sedikitnya 30 kawasan permukiman dan lockdown ketat di sembilan apartemen umum, yang dihuni lebih dari 3.000 orang, di mana 23 kasus Covid-19 ditemukan di antara 12 keluarga.

Lockdown total itu diterapkan hanya beberapa hari setelah para pejabat di dua negara bagian yang bertetangga, Victoria dan New South Wales, menutup perbatasan mereka setelah Melbourne, ibu kota Victoria, melaporkan 127 kasus baru virus corona pada hari Senin.

BACA JUGA: Jepang Tegaskan Olimpiade Tokyo Tetap Berlangsung Tahun 2021

Di Jepang, badan penyiaran publik NHK melaporkan bahwa Tokyo telah mencatat 224 kasus baru Covid-19 pada hari Kamis, suatu rekor baru penambahan dalam satu hari yang tercatat di ibu kota Jepang.

Para wartawan Brazil menggugat Presiden Jair Bolsonaro karena tidak mengenakan masker di tengah kehadiran mereka setelah mengumumkan hasil tes virus coronanya positif.

BACA JUGA: Tolak Penggunaan Masker, Presiden Brazil Bolsonaro Positif Corona

Bolsonaro, hari Selasa (7/7) mengumumkan hasil tes positif itu dan mengunggah video di Facebook yang menunjukkan ia minum hidroksiklorokuin, dan merasa baik setelah minum obat antimalaria itu. Hidroksiklorokuin dipuji-puji pada tahap awal pandemi sebagai obat yang efektif untuk Covid-19, terutama oleh Presiden AS Donald Trump.

Namun sejumlah penelitian telah menyimpulkan bahwa hidroksiklorokuin dan obat yang serupa, klorokuin, bukan hanya tidak bermanfaat bagi pasien virus corona, tetapi dapat menyebabkan efek samping yang buruk.

Virus corona telah menjangkiti lebih dari 1,7 juta orang dan menewaskan sekitar 68 ribu pasien di Brazil, membuat negara itu berada di bawah AS dalam jumlah kasus terkonfirmasi dan kematian akibat virus tersebut.

Petugas riset tengah meneliti perkembangan Covid-19 di laboratorium Teknologi Biologi Terapan di Beijing, China, 14 Mei 2020.

Suatu penelitian baru yang diterbitkan hari Rabu (8/7) di jurnal ilmiah Nature telah mendapati bahwa lansia, kaum lelaki, ras dan etnis minoritas serta mereka yang telah memiliki gangguan kesehatan sebelumnya seperti obesitas, diabetes dan asma parah, lebih besar kemungkinannya meninggal karena Covid-19.

Penelitian itu dilakukan oleh satu tim peneliti Inggris yang melacak lebih dari 17 juta pasien dalam tiga bulan ini. Mereka mendapati bahwa pada lebih dari 10 ribu orang yang meninggal karena Covid-19 atau komplikasi terkait Covid-19, pasien berusia 80 tahun ke atas, sedikitnya 20 kali lebih besar kemungkinannya meninggal karena penyakit itu, daripada mereka yang berusia 50-an tahun, dan ratusan kali lebih besar kemungkinannya meninggal dibandingkan dengan mereka yang berusia di bawah 40 tahun.

Para peneliti juga mendapati bahwa sekitar 11 persen dari total pasien yang dilacak dalam survei itu diketahui sebagai orang nonkulit putih, dan bahwa para pasien tersebut, khususnya warga kulit hitam dan keturunan Asia Tenggara, memiliki risiko lebih besar meninggal karena virus corona dibandingkan dengan pasien kulit putih. [uh/ab]