Dunia Menyambut Ramadan

Lentera Ramadhan tradisional yang disebut "fanous" ditampilkan untuk dijual di kios-kios menjelang bulan suci Ramadhan, di Kairo, Mesir 31 Maret 2022. (Foto: REUTERS/Mohamed Abd El Ghany)

Sejumlah negara siap menyambut bulan suci Ramadan. Kenaikan harga pangan karena masih belum pulihnya ekonomi dunia akibat perebakan luas pandemi virus corona dan dampak konflik Rusia-Ukraina, tidak menyurutkan warga Muslim menjalankan ibadah.

Lentera berwarna-warni mulai dipasang di seluruh sudut kota Kairo, Mesir, sepekan terakhir ini. Mulai dari jendela dan balkon rumah, toko, jalan-jalan dan gang hingga cafe, toko kopi dan pasar tradisional. Suasana Ramadan yang indah dan magis terasa kenal di Kairo karena lentera yang dikenal dengan nama “fanoos” atau dalam bahasa Arab berarti “cahaya,” yang memang menjadi ciri khas utama tibanya bulan Ramadan di Mesir dan menjadi pemandangan umum selama 30 hari bulan puasa.

Yang membedakan lentera Ramadan atau fanoos ini dengan lainnya adalah cerita rakyat dan desain Islam yang ada di dalam setiap lentera; yang menunjukkan perjuangan cahaya melawan kegelapan.

Masih belum pulihnya dunia dari perebakan luas pandemi virus corona, dan dampak invasi Rusia ke Ukraina, membuat harga pangan, buah-buahan kering, pakaian, termasuk lentera ikut naik.

Umat Muslim melakukan salat Tarawih pada malam pertama bulan suci Ramadhan, di masjid Al Azhar di kawasan Islam lama Kairo, Mesir, 1 April 2022. (Foto: REUTERS/Amr Abdallah Dalsh)

“Ada kenaikan tajam harga ayam, minyak, kacang-kacangan dan banyak lainnya. Semua harga naik," kata Omnia Reda.

Termasuk kurma!

Kurma adalah salah satu kebutuhan esensial saat bulan Ramadan karena secara tradisional umat Muslim berbuka puasa mengikuti tata cara Nabi Muhammad SAW yaitu dengan seteguk air dan beberapa butir kurma.

Inflasi di Mesir telah naik dari 8% pada bulan Januari, menjadi 10% pada bulan Februari. Sekitar sepertiga dari 103 juta orang di Mesir hidup di bawah garis kemiskinan. Tekanan inflasi akibat pandemi virus corona dan perang Rusia di Ukraina mendorong Bank Sentral Mesir menaikkan tingkat suku bunga utama, yang pertama sejak tahun 2017, pada awal Maret lalu. Langkah ini membuat pound Mesir anjlok menjadi 18 per 1 dolar Amerika, setelah sebelumnya mencapai 15,6 pound per 1 dolar Amerika.

Penari tradisional Mesir menampilkan Tanoura, tarian Sufi versi Mesir, selama bulan suci Ramadhan, di Istana Al Ghouri di kawasan Islam kuno Kairo, Mesir, 7 Juni 2018. (Foto: Reuters)

Meskipun demikian warga Kairo tetap semangat menyambut bulan suci Ramadan.

“Isu-isu ini menimbulkan dampak pada pasar Mesir dan harga-harga naik. Devaluasi pound Mesir dan kenaikan nilai tukar dolar Amerika menaikkan banyak harga barang. Tetapi saya harap semua akan membaik. Saya berharap yang terbaik untuk semua orang," ujar Abdel Rahman Saleh.

“Kami hanya berdoa agar kenaikan harga-harga ini akan segera berakhir," tambah Hassan Ali Hassan.

Seorang pedagang Mesir menjual kurma dan buah-buahan kering di pasar tradisional di distrik Central Sayyida Zeinab, Kairo, pada 30 Maret 2022. (Foto: AFP)

Irak dan Yordania Juga Alami Lonjakan Harga

Hal senada terjadi di Irak dan Yordania.

Warga Baghdad Samir Hadi mengatakan “kami harus tetap punya persediaan untuk Ramadan, tapi karena harganya mahal, kami hanya dapat membeli sedikit saja. Kami hanya membeli yang benar-benar perlu.”

Um Karam, yang berbelanja di Pasar Shorja Baghdad berharap “para pedagang akan menurunkan harga sedikit saja untuk menyemarakkan bulan Ramadan.

Penjual melayani pelanggan saat orang membeli permen pada hari pertama bulan puasa Ramadhan di kota utara Dohuk di wilayah otonomi Kurdi Irak, pada 2 April 2022. (Foto: AFP/Ismael Adnan)

COVID-19 Kembali Merebak, Tak Ada Sholat Tarawih di Masjid Hong Kong

Di belahan dunia lainnya, yaitu di Hong Kong, umat Muslim juga bersiap menyambut Ramadan meskipun masih dengan pembatasan sosial yang ketat karena merebaknya kembali COVID-19. Di sebuah masjid terbesar di Hong Kong, Masjid Kowloon, pihak pengelola masjid mengatakan hampir dapat dipastikan tidak akan ada pertemuan keagamaan di Hong Kong hingga tanggal 21 April mendatang. Saat ini pemerintah memang telah melarang pertemuan sosial lebih dari dua orang.

Masjid Kowloon yang terletak di bagian tenggara Hong Kong telah sejak lama menjadi pusat utama komunitas Muslim di sana. Para pemimpin masjid masih menyimpan harapan untuk melangsungkan sholat berjamaah secara langsung di masjid itu sebelum Ramadan berakhir.

Untuk menghormati mereka yang akan menjalankan ibadah bulan Ramadan di pusat-pusat karantina dan isolasi COVID-19, pihak berwenang telah menyiapkan satu set peralatan sholat, sajadah, alat penunjuk kiblat, kitab suci Al Qur'an dan makanan halal.

BACA JUGA: Pemimpin Hong Kong: Gelombang Kelima Wabah di Hong Kong Memuncak Awal Maret

Anggota Satgas Penanganan COVID-19 Hong Kong Hung Ka-wai mengatakan telah meminta pandangan warga Muslim di Masjid Kowloon tentang kebutuhan sebelum dan setelah berpuasa. “Orang-orang mengatakan mereka ingin makan sesuatu yang manis seperti kurma, jadi kami minta Masjid Kowloon menyediakan kurma.”

Persiapan sejak awal ini tampaknya untuk menjawab kecaman tajam terhadap Satgas Penanganan COVID-19 sebelumnya yang dinilai mengabaikan kebutuhan komunitas minoritas di fasilitas-fasilitas karantina.

Orang-orang berdiri di pintu masuk Masjid Kowloon di Hong Kong, Senin, 21 Oktober 2019. (Foto: AP)

Mayoritas penduduk Hong Kong adalah etnis China, tetapi wilayah itu juga dikenal memiliki komunitas Muslim yang mengakar kuat sejak lama.

Di sebagian besar negara, bulan Ramadan dimulai pada hari Sabtu, 2 April 2022 dengan sholat taraweh pertama, disusul sahur dan puasa hari pertama pada hari Minggu, 3 April. Selamat menjalankan ibadah puasa ya! [em/jm]