Tak ada bayangan sedikitpun bagi Yatmi, pedagang di pasar tradisional Pasar Gedhe Solo, mendapat bantuan cairan penyanitasi tangan (hand sanitizer) dari salah satu komunitas warga Tionghoa di Solo, Sabtu (21/3). Yatmi mengungkapkan selama ini belum pernah menggunakan produk ini dan hanya mengandalkan cuci tangan memakai air bersih dan sabun.
"Ini dapat satu botol, saya belum pernah pakai ini. Tadi diajari cara pakainya. Praktis. Selama ini saya hanya cuci tangan pakai sabun di rumah dan pasar," kata Yatmi.
Tak hanya Yatmi, ratusan pedagang pasar lainnya, juru parkir, tukang becak, kuli gendong pasar, sepekan pasca Solo ditetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) virus corona, beraktivitas tanpa masker dan hand sanitizer. Meskipun di sejumlah pintu masuk pasar disediakan alat cuci tangan.
Ada 44 pasar tradisional di Solo dengan jumlah lebih dari 14 ribu pedagang. Mereka tetap mencari nafkah di jalanan dan luar rumah meski saat ini kondisi Solo jauh lebih lengang dan omset turun drastis hingga 75 persen dari hari biasa karena warga memilih bekerja dari rumah,menghindari area publik termasuk pasar, dan larangan menggelar kegiatan pengumpulan massa yang berdampak ke bisnis catering atau restoran.
Pasar tradisional menjadi garda terdepan rentan terdampak penetapan Solo KLB virus corona. Aktivitas jual beli, angkat angkut, saling kontak fisik peredaran uang, interaksi sosial menjadi dominan di puluhan pasar tersebut.
Juru bicara Perkumpulan Masyarakat Surakarta PMS, Candra Tandyo, mengatakan berinisiatif membagikan secara gratis seribu botol hand sanitizer kepada warga komunitas pasar tradisional tersebut. Menurut Candra, komunitas pasar tradisional ini rentan terdampak pasca Solo ditetapkan KLB virus Corona.
"Kita bagikan ada 1000 botol hand sanitizer. Harga di pasaran sudah sangat mahal atau malah langka, sulit didapat.Kita khawatir, pedagang pasar, kuli gendong, juru parkir, tukang becak, dan lain-lain kesulitan membeli, jadi kita bantu.Pertimbangan kami, banyak komunitas pasar tradisional yang belum mengetahui penggunaan peralatan ini. Supaya barang ini bisa diperoleh masyarakat lapisan bawah ini kita bagikan gratis," kata Candra.
Tak hanya PMS yang beranggotakan warga Tionghoa di Solo. Sejumlah relawan berbusana tradisonal Jawa lengkap dengan blangkon dan memakai masker membagikan ratusan masker dan sabun cuci tangan kepada warga sekitar Pasar Gede Harjonagoro, Solo. Juru bicara relawan tersebut, Antonius Yogo mengatakan dua produk, masker dan hand sanitizer menjadi kebutuhan masyarakat di tengah kondisi Solo KLB virus corona.
"Masker dan hand sanitizer menurut kami yang paling penting ketika mereka pergi ke luar rumah mencari nafkah. Tempat publik kan sudah disediakan tempat cuci tangan. Pertimbangan kami, dua produk itu, kini stok langka dan harganya sudah di luar kewajaran. Kami upayakan bagaimana memperoleh ratusan masker dan sabun atau hand sanitizer kemudian kami bagikan secara gratis ke masyarakat di pasar tradisional ini," kata Antonius.
Ada juga sejumlah kelompok warga yang lainnya membagikan beras kepada tukang becak, juru parkir, dan kuli gendong pasar untuk membantu kebutuhan hidup mereka selama Solo KLB virus Corona.
Kampus-kampus Coba Produksi Hand Sanitizer dan Masker
Sejumlah kampus di Solo kini berupaya memproduksi hand sanitizer dan masker. Salah satunya sedang dilakukan Universitas Sebelas Maret UNS Solo. Rektor UNS Solo, Profesor Jamal wiwoho, mengatakan ada dua fakultas yang memproduksi hand sanitizer tersebut dan bukan untuk kepentingan komersial.
"Kalaupun punya uang sekarang, harga produk itu sudah mahal bukan main. Barangya sudah langka atau tidak ada. Harga hand sanitizer dan masker bisa 10 kali lipat lebih dari harga biasa sebelum virus corona merebak. Dua produk itu makanya sedang kami produksi, yang siap baru hand sanitizer. Ada dua fakultas siap produksi, Teknik dan MIPA Farmasi. Kami berusaha untuk kebutuhan internal dan bukan komersial," kata Jamal.
Hand sanitizer dan masker di Solo saat ini semakin sulit diperoleh. Ketersediaan produk itu di berbagai apotek dan distributor perlengkapan medis di Solo dalam kondisi kosong. Salah satu warga di Solo, Agus, mengatakan selama ini kesulitan membeli dua produk tersebut.
"Saya sudah keliling berbagai apotek. Masker, hand sanitizer dan cairan alkohol sudah habis. Stok kosong. Istri saya kan rencana mau meracik sendiri cairan alkohol dengan gel lidah buaya. Sampai saat ini belum dapat juga," kata Agus.
Your browser doesn’t support HTML5
Beberapa penjualan online menawarkan produk tersebut dengan harga yang sangat mahal, 10 kali lipat dari harga normal.
Kebutuhan masker dan hand sanitizer di Solo selama ini menjadi incaran warga. Warga ingin membeli dua produk tersebut pupus saat mengetahui stok masker dan hand sanitizer kosong. Sebagian warga memilih membuat hand sanitizer alami dari bahan baku daun sirih dan lidah buaya. Ada juga yang membuat secara oplosan menggunakan cairan alkohol berkadar 70 persen.[ys/em]