Eritrea telah membuka kembali kedutaan besarnya di Ethiopia. Pembukaan kembali hari Senin ini (16/7), terjadi seminggu setelah kedua negara mengumumkan diakhirinya kebuntuan militer selama dua dasawarsa karena perang perbatasan di mana puluhan ribu orang tewas.
Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed menyerahkan kepada Presiden Eritrea, Isaias Afwerki sebuah kunci ke kedutaan yang terletak di pusat kota Addis Ababa, ibukota Ethiopia.
Pembukaan kedutaan itu menandai berakhirnya kunjungan tiga hari Isaia ke Ethiopia.
Ribuan orang bersorak-sorai di Addis Ababa, hari Minggu (15/7), ketika Abiy dan Isaias berpelukan di sebuah konser yang merayakan kesepakatan damai antara dua mantan musuh bebuyutan itu.
“Kebencian, diskriminasi, dan konspirasi kini sudah berakhir,” kata Presiden Eritrea Isaias Afwerki kepada warga Ethiopia sambil terharu. “Kami siap melangkah maju bersama kalian. Tidak ada yang bisa mencuri cinta kasih yang telah kita dapatkan kembali.”
“Pengampunan membebaskan kesadaran. Ketika kita mengatakan kita telah berekonsiliasi, artinya kitatelah memilih jalur pengampunan dan kasih sayang,” ujar Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed.
Abiy Ahmed berada di Eritrea pekan lalu, sebulan setelah mengumumkan bahwa Ethiopia akhirnya menerima perjanjian damai yang ditandatangani dengan Eritrea tahun 2000, yang mengakhiri perang dua tahun. Eritrea segera menyusul.
Selain sepakat membuka kembali kedutaan masing-masing, kedua negara telah sepakat untuk memulai kembali penerbangan dan membangun pelabuhan.
Berdasarkan perjanjian perdamaian itu, Ethiopia akan menyerahkan wilayah perbatasan yang disengketakan kepada Eritrea.
Eritrea sebelumnya merupakan bagian dari Ethiopia sampai wilayah itu memisahkan diri dan menyatakan kemerdekaan pada tahun 1993. [lt]