Eropa Jadi Episentrum Pandemi, Inggris Lockdown

Polisi berkuda di lampu merah Regent Street, London setelah pemerintah mengumumkan rencana lockdown baru untuk mencegah penyebaran virus corona (Covid-19), Inggris, Minggu, 1 November 2020. (Foto: Reuters)

Perdana Menteri Boris Johnson tetap berencana untuk memberlakukan lockdown atau karantina wilayah secara nasional mulai Kamis (5/11). Dia juga memperingatkan kegagalan bertindak dapat menyebabkan kematian hingga dua kali lipat pada musim dingin tahun ini dibandingkan gelombang pertama di musim semi.

Inggris mencatat ratusan kematian akibat virus corona dan sedikitnya 20.000 infeksi baru Covid-19 per hari. Sejumlah ilmuwan dari Lembaga-lembaga pemerintah memaparkan tingkat infeksi melebihi skenario terburuk dalam permodelan kasus beberapa minggu lalu.

Johnson, Senin (2/11), memberi peringatan keras kepada para anggota parlemen Inggris tersebut.

"Bagi anggota DPR yang yakin bahwa kita harus menolak pemberlakuan aturan nasional lebih lanjut, izinkan saya menjelaskan bencana medis dan moral yang kita hadapi," kata Johnson kepada anggota parlemen.

Johnson mengatakan membiarkan lonjakan dalam sistem layanan kesehatan Inggris -- seperti yan ditunjukkan sejumlah data -- akan menjadi bencana bagi ribuan pasien Covid-19 karena peluang bertahan hidup akan menurun. Selain itu juga, imbuhnya, Inggris akan mencapai titik di mana Layanan Kesehatan Nasional (National Health Service/NHS) tidak bisa menolong orang-orang yang terinfeksi.

"Warga yang sakit akan ditolak karena tidak ada ruangan di rumah-rumah sakit – prinsip dasar layanan kesehatan bagi siapa pun yang memerlukan, siapa pun dan di mana pun, kapan pun mereka membutuhkannya, untuk pertama kalinya tidak dapat terpenuhi dalam kehidupan kita semua," ujarnya.

Johnson menyatakan lockdown Inggris itu akan segera berakhir berdasarkan informasi dari data yang ditunjukkan.

Meskipun mendapat tentangan dari beberapa anggota parlemen di Partai Konservatifnya sendiri, aturan langkah lockdown yang baru itu diperkirakan akan diberlakukan pada Rabu (4/11) dengan dukungan dari sejumlah oposisi anggota parlemen dari Partai Buruh.

Lockdown nasional itu akan memaksa semua toko dan layanan yang tidak esensial untuk tutup selama empat minggu, termasuk pub dan restoran. Sekali lagi, warga juga diimbau untuk bekerja dari rumah. Namun, sekolah dan universitas akan tetap buka, berbeda dengan penutupan pada musim semi yang lalu. [mg/pp]