Estonia Cemas Menjelang Pertemuan Trump-Putin

Warga Estonia di Tallinn menunggu dengan cemas menjelang pertemuan Trump-Putin (foto: ilustrasi).

Ketika feri-feri dari Finlandia mendekati Tallinn, bangunan pertama yang tampak menjulang di sebelah kiri pelabuhan adalah menara televisi setinggi 314 meter. Ini merupakan bangunan tertinggi di Estonia, tetapi pentingnya bangunan itu bukan semata-mata hanya karena ketinggiannya.

Menara era Soviet itu berperan penting ketika Estonia mengumumkan kemerdekaan pada tahun 1991.

Ketika tank-tank militer bergerak untuk merebut menara itu untuk mencegah runtuhnya Uni Soviet, rakyat Estonia mengepung bangunan itu dengan truk dan membentuk perisai manusia. Di puncak menara dua petugas polisi Estonia dilaporkan berhasil memaksa mundur tentara Soviet dengan mengancam akan melepaskan gas Freon yang katanya akan membunuh semua orang di dalamnya.

Tentara Soviet ragu-ragu dan malam itu tanggal 20 Agustus, Estonia menyatakan diri sebagai republik merdeka.

Sejak itu, negara Baltik yang paling kecil dengan penduduk hanya 1,3 juta itu telah bergabung dengan NATO dan Uni Eropa. Tetapi pada malam menjelang pertemuan puncak antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin, beberapa warga Estonia mengatakan meskipun ada jaminan geo-politik yang diberikan NATO dan Uni Eropa, mereka kembali merasa rentan.

Di luar kedai Tuum Café and Bar di Lapangan Merdeka pada hari Minggu (15/7) yang hangat dan cerah, beberapa orang mendiskusikan makna pertemuan esok yang berlangsung 100 kilometer di seberang laut di Finlandia, bagi negara mereka.

"Saya khawatir," kata manajer penjualan Mehis Nurmetalu.

Veteran Pasukan Pertahanan Estonia yang berusia 42 tahun itu mengatakan tidak yakin Trump atau Putin sebagai pemimpin dua negara kuat akan merundingkan kepentingan terbaik bagi negaranya yang kecil. [my/ii]