Tim penyelamat gempa di Turki dan Suriah harus bekerja keras sepanjang malam hingga Rabu (7/2). Mereka berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan korban-korban yang masih hidup. Mereka berhasil menarik lebih banyak jenazah dari reruntuhan puing ribuan bangunan yang runtuh di kedua negara akibat gempa yang diperkirakan telah merenggut lebih dari 8.000 nyawa. Namun, tugas kemanusiaan yang memilukan itu terkadang dihinggapi rasa bahagia jika berhasil menemukan seseorang yang masih hidup.
Badan penanggulangan bencana Turki mengatakan jumlah korban tewas di negara itu telah mencapai angka 6.234 seiring dengan lebih banyaknya mayat telah ditemukan. Lebih dari 8.000 kematian telah dilaporkan, termasuk yang berasal dari negara tetangga Suriah.
Tubuh bagian bawah bocah itu terperangkap di bawah lempengan beton dan baja bengkok, kru darurat meletakkan selimut di atas tubuhnya untuk melindunginya dari suhu di bawah titik beku saat mereka dengan hati-hati memotong puing-puing yang menutupi tubuhnya. Mereka harus hati-hati untuk menghindari adanya potensi keruntuhan.
Ayah anak laki-laki itu, Ertugrul Kisi, yang sebelumnya telah diselamatkan, terisak haru saat putranya berhasil diselamatkan, dan dibawa ke dalam ambulans.
Beberapa jam kemudian, tim penyelamat menarik Betul Edis yang berusia 10 tahun dari reruntuhan rumahnya di Kota Adiyaman. Di tengah tepuk tangan dari penonton, kakeknya menciumnya dan berbicara dengan lembut padanya saat dia dimasukkan ke dalam ambulans.
Namun dengan kehancuran yang menyebar di beberapa kota besar dan kecil, beberapa daerah bahkan terisolasi oleh konflik yang sedang berlangsung di Suriah, suara tangisan dari dalam gundukan puing kini tidak terdengar, dan keputusasaan muncul di antara mereka yang masih menunggu bantuan.
BACA JUGA: Lara dalam Gempa yang Meluluhlantakkan TurkiTurki adalah rumah bagi jutaan pengungsi dari perang. Daerah yang terkena dampak di Suriah terbagi antara wilayah yang dikuasai pemerintah dan kantong terakhir yang dikuasai oposisi di negara itu, di mana jutaan orang bergantung pada bantuan kemanusiaan.
Sebanyak 23 juta orang dapat terkena dampak di wilayah yang dilanda gempa, menurut Adelheid Marschang, seorang petugas darurat senior di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang menyebutnya sebagai “krisis di atas banyak krisis.”
“Kami tidak punya tenda, kami tidak punya kompor pemanas, kami tidak punya apa-apa. Anak-anak kami berada dalam kondisi buruk. Kami semua basah kuyup di bawah guyuran hujan dan anak-anak kami kedinginan,” kata Aysan Kurt, 27 tahun, kepada AP. “Kami tidak mati karena kelaparan atau gempa bumi, tetapi kami akan mati membeku karena kedinginan.”
Erdogan mengatakan 13 juta dari 85 juta penduduk negara itu terdampak oleh bencana tersebut, dan dia mengumumkan keadaan darurat di 10 provinsi. Lebih dari 8.000 orang berhasil diselamatkan dari reruntuhan puing di Turki, dan sekitar 380.000 mengungsi di tempat penampungan pemerintah atau hotel, kata pihak berwenang.
Di Suriah, upaya bantuan terhambat oleh perang yang sedang berlangsung dan isolasi wilayah yang dikuasai pemberontak di sepanjang perbatasan, yang dikelilingi oleh pasukan pemerintah yang didukung Rusia. Suriah sendiri adalah paria internasional di bawah sanksi Barat yang terkait dengan perang.
BACA JUGA: Mengapa Gempa Turki-Suriah Begitu Dahsyat?