Hasil pemilihan kepala daerah serentak pada tahun ini diprediksi menguatkan peluang Presiden Joko Widodo untuk terpilih kembali dalam pemilihan presiden tahun depan.
Dalam jumpa pers di kantornya, Selasa (3/7), Direktur Riset Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Deni Irvani menyatakan, berdasarkan exit poll pada pemilihan kepala daerah serentak 2018 di enam provinsi, elektabilitas Presiden Joko Widodo unggul di lima provinsi. Sedangkan Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto menang di satu provinsi.
Keunggulan Joko Widodo ada di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan. Sementara Prabowo unggul di Jawa Barat.
Pertanyaan yang diajukan adalah jika Pemilihan Presiden 2019 digelar saat pemilihan kepala daerah, siapa yang akan dipilih menjadi presiden di antara dua nama tersebut. Menurut Deni, lima provinsi tersebut merupakan basis kantong suara Joko Widodo. Sementara Jawa Barat adalah basis kantong suara Prabowo.
Temuan exit poll itu menunjukan pengalaman dalam Pemilihan Presiden 2014 di kalangan responden.
Your browser doesn’t support HTML5
“Temuannya adalah pada hari H pilkada, sejumlah provinsi besar, lebih besar pemilih yang mendukung Jokowi sebagai presiden bila pilpres diadakan waktu tanggal 27 Juni, kecuali Jawa Barat. Dari enam, Jokowi di lima provinsi bisa unggul. Di Jawa Barat, Prabowo yang unggul,” ujar Deni.
Lebih lanjut Deni mengungkapkan hasil exit poll SMRC di Jawa Barat menunjukkan responden yang memilih Jokowi sebesar 40,3 persen, Prabowo sebesar 51,2 persen dan 8,5 persen lainnya tidak menjawab atau merahasiakan jawabannya. Di Jawa Tengah, responden yang memilih Jokowi sebanyak 73,1 persen, Prabowo sebesar 19,7 persen dan 7,2 persen tidak menjawab atau merahasiakan jawabannya.
Dalam exit poll pemilihan kepala daerah Jawa Timur, responden yang memilih Jokowi sebanyak 64,2 persen, Prabowo sebesar 28,3 persen dan 7,5 persen lainnya tidak menjawab atau merahasiakan jawabannya. Di Sumatera Utara, responden yang memilih Jokowi sebanyak 52,8 persen, Prabowo sebesar 40,4 persen, dan 6,8 persen tidak menjawab atau merahasiakan jawabannya.
Di Sulawesi Selatan, responden yang memilih Jokowi sebanyak 50 persen, Prabowo sebesar 38,4 persen, dan 11,6 persen tidak menjawab atau merahasiakan jawabannya. Sementara di Kalimantan Barat, responden yang memilih Jokowi sebanyak 58,4 persen, Prabowo sebesar 35 persen, dan 6,6 persen tidak menjawab atau merahasiakan jawabannya.
Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Philips Vermonte menilai hasil exit poll SMRC menunjukkan Joko Widodo mendapat keuntungan dalam hubungannya dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
“Jadi kelihatannya Pak Jookowi tidak terpengaruh atas menang atau kalahnya PDIP di tempat itu. Jadi dalam hal presiden, dia tetap lebih tinggi kecuali Jawa Barat. Tetapi itu juga lebih baik dibandingkan waktu pemilihan presiden 2014, di Jawa Barat Pak Jokowi kalahnya jauh sekali dibanding Pak Prabowo,” ujar Philips.
Philips mengatakan hasil exit poll SMRC itu menunjukkan kecenderungan nantinya kepemimpinan nasional akan lahir dari daerah. Dia mencontohkan Presiden Joko Widodo yang tadinya merupakan mantan wali kota Solo dan bekas gubernur DKI Jakarta.
Philips menerangkan pemilih saat ini makin dewasa karena meski mereka simpatisan partai tertentu namun banyak yang mencoblos calon kepala daerah bukan dari partai idolanya, dengan pertimbangan kandidat lain lebih berkualitas.
Exit poll tersebut dilakukan sesaat setelah pemilih meninggalkan tempat pemungutan suara (TPS) dalam pemilihan gubernur pada 27 Juni lalu di enam provinsi, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan. Keenam pronvinsi itu dipilih dengan pertimbangan jumlah pemilihnya banyak.
Jumlah responden dalam exit poll itu adalah 1.580 pemilih di Jawa Barat, Jawa Tengah (1.176 pemilih), Jawa Timur (1.436 pemilih), Sumatera Utara (1.003 pemilih), Kalimantan Barat (574 pemilih), dan Sulawesi Selatan (1.053 pemilih). Wawancara berlangsung secara tatap muka.
Hasil hitung cepat lembaga survei menunjukkan pasangan calon gubernur yang diusung partai-partai pendukung Joko Widodo menguasai 10 dari 17 provinsi yang menyelenggarakan pemilihan.
Menanggapi hak itu, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menilai hasil pilkada justru baik bagi oposisi. Dia mencontohkan perolehan suara Sudrajat-Ahmad Syaikhu yang menempel ketat Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul di Jawa Barat.
Menurutnya hasil pilkada mendorong pihaknya untuk merapatkan barisan untuk berkompetisi dengan Jokowi. [fw/em]