Penelitian menunjukkan bahwa Facebook dapat menimbulkan rasa iri mendalam, kesepian dan sengsara karena melihat hidup orang lain lebih berhasil.
LONDON —
Menurut para peneliti Jerman, melihat liburan, kehidupan asmara dan keberhasilan karir teman-teman di Facebook dapat menimbulkan rasa iri dan dan memicu perasaan kesepian dan sengsara.
Sebuah studi yang dilakukan oleh dua universitas di Jerman mendapati munculnya rasa iri mendalam akibat Facebook, jejaring sosial terbesar di dunia yang kini memiliki lebih dari satu miliar pengguna dan memberikan landasan perbandingan sosial yang belum pernah ada sebelumnya.
Para peneliti menemukan bahwa satu dari tiga orang merasa lebih buruk setelah mengunjungi situs ini dan tambah tidak puas dengan hidup mereka, sedangkan mereka yang sekedar browsing dan tidak melakukan apa-apa adalah pihak yang merasa paling terpukul.
"Kami terkejut melihat betapa banyak orang yang memiliki pengalaman negatif karena rasa iri akibat Facebook dan menjadi kesepian, frustrasi atau marah,” kata Hanna Krasnova dari Institute of Information Systems di Humboldt University Berlin kepada Reuters.
"Dari pengamatan kami, orang-orang ini kemudian meninggalkan Facebook atau paling tidak mengurangi kunjungan mereka ke situs ini,” kata Krasnova yang memperkirakan di sejumlah pasar, penggunaan Facebook sudah mencapai titik jenuh.
Peneliti dari Humboldt University dan Technical University di Darmstadt mendapati foto-foto liburan adalah alasan utama rasa sedih, karena lebih dari setengah rasa iri itu muncul setelah meilihat foto-foto liburan di Facebook.
Interaksi sosial adalah penyebab kedua rasa iri, karena para pengguna dapat membandingkan berapa banyak ucapan selamat ulang tahun yang mereka terima dibanding teman-teman Facebook mereka dan berapa banyak "like" atau komentar diberikan pada foto atau posting lain.
"Kunjungan pasif memicu rasa sakit hati, sebagian dari mereka iri dengan kebahagiaan orang lain, cara orang lain berlibur atau bergaul,” kata para peneliti dalam laporan berjudul "Envy on Facebook: A Hidden Threat to Users' Life Satisfaction? (Rasa Iri dalam Facebook: Ancaman Tersembunyi untuk Kepuasan Hidup Pengguna)" yang diterbitkan Selasa (22/1).
"Penyebaran dan kehadiran situs jejaring sosial terbukti menjadikan pengguna Facebook kurang puas dengan hidup mereka."
Mereka mendapati orang-orang berumur pertengahan 30 tahun paling iri melihat keluarga yang bahagia, sedang perempuan paling sebal melihat bentuk tubuh orang lain yang bagus.
Perasaan iri ini menjadikan orang makin menyombongkan pencapaian mereka di situs yang dikelola oleh Facebook Inc. ini agar mereka tambah eksis di situs yang sangat populer ini.
Pria lebih banyak mengunggah konten seputar diri mereka di Facebook agar orang tahu keberhasilan mereka sedang perempuan fokus pada penampilan dan kehidupan sosial.
Periset mendasari penemuan-penemuan ini pada dua studi yang melibatkan 600 orang yang hasilnya dipresentasikan pada sebuah konferensi sistem informasi di Jerman pada bukan Februari.
Studi yang pertama membahas skala, cakupan dan penyebab rasa iri yang dipicu oleh Facebook dan studi kedua membahas hubungan rasa iri dengan penggunaan pasif facebook dan tingkat kepuasan hidup.
Para periset mengatakan responden untuk kedua studi berasal dari Jerman tapi berpendapat temuan-temuannya bersifat umum karena iri adalah perasaan universal yang dapat memengaruhi penggunaan Facebook.
"Dari perspektif pemilik situs, penemuan kami menyiratkan bahwa pengguna menganggap Facebook sebagai lingkungan yang membuat stres, yang pada akhirnya dapat membahayakan keberlangsungan situs ini,” kata periset-periset tersebut. (Reuters/Belinda Goldsmith)
Sebuah studi yang dilakukan oleh dua universitas di Jerman mendapati munculnya rasa iri mendalam akibat Facebook, jejaring sosial terbesar di dunia yang kini memiliki lebih dari satu miliar pengguna dan memberikan landasan perbandingan sosial yang belum pernah ada sebelumnya.
Para peneliti menemukan bahwa satu dari tiga orang merasa lebih buruk setelah mengunjungi situs ini dan tambah tidak puas dengan hidup mereka, sedangkan mereka yang sekedar browsing dan tidak melakukan apa-apa adalah pihak yang merasa paling terpukul.
"Kami terkejut melihat betapa banyak orang yang memiliki pengalaman negatif karena rasa iri akibat Facebook dan menjadi kesepian, frustrasi atau marah,” kata Hanna Krasnova dari Institute of Information Systems di Humboldt University Berlin kepada Reuters.
"Dari pengamatan kami, orang-orang ini kemudian meninggalkan Facebook atau paling tidak mengurangi kunjungan mereka ke situs ini,” kata Krasnova yang memperkirakan di sejumlah pasar, penggunaan Facebook sudah mencapai titik jenuh.
Peneliti dari Humboldt University dan Technical University di Darmstadt mendapati foto-foto liburan adalah alasan utama rasa sedih, karena lebih dari setengah rasa iri itu muncul setelah meilihat foto-foto liburan di Facebook.
Interaksi sosial adalah penyebab kedua rasa iri, karena para pengguna dapat membandingkan berapa banyak ucapan selamat ulang tahun yang mereka terima dibanding teman-teman Facebook mereka dan berapa banyak "like" atau komentar diberikan pada foto atau posting lain.
"Kunjungan pasif memicu rasa sakit hati, sebagian dari mereka iri dengan kebahagiaan orang lain, cara orang lain berlibur atau bergaul,” kata para peneliti dalam laporan berjudul "Envy on Facebook: A Hidden Threat to Users' Life Satisfaction? (Rasa Iri dalam Facebook: Ancaman Tersembunyi untuk Kepuasan Hidup Pengguna)" yang diterbitkan Selasa (22/1).
"Penyebaran dan kehadiran situs jejaring sosial terbukti menjadikan pengguna Facebook kurang puas dengan hidup mereka."
Mereka mendapati orang-orang berumur pertengahan 30 tahun paling iri melihat keluarga yang bahagia, sedang perempuan paling sebal melihat bentuk tubuh orang lain yang bagus.
Perasaan iri ini menjadikan orang makin menyombongkan pencapaian mereka di situs yang dikelola oleh Facebook Inc. ini agar mereka tambah eksis di situs yang sangat populer ini.
Pria lebih banyak mengunggah konten seputar diri mereka di Facebook agar orang tahu keberhasilan mereka sedang perempuan fokus pada penampilan dan kehidupan sosial.
Periset mendasari penemuan-penemuan ini pada dua studi yang melibatkan 600 orang yang hasilnya dipresentasikan pada sebuah konferensi sistem informasi di Jerman pada bukan Februari.
Studi yang pertama membahas skala, cakupan dan penyebab rasa iri yang dipicu oleh Facebook dan studi kedua membahas hubungan rasa iri dengan penggunaan pasif facebook dan tingkat kepuasan hidup.
Para periset mengatakan responden untuk kedua studi berasal dari Jerman tapi berpendapat temuan-temuannya bersifat umum karena iri adalah perasaan universal yang dapat memengaruhi penggunaan Facebook.
"Dari perspektif pemilik situs, penemuan kami menyiratkan bahwa pengguna menganggap Facebook sebagai lingkungan yang membuat stres, yang pada akhirnya dapat membahayakan keberlangsungan situs ini,” kata periset-periset tersebut. (Reuters/Belinda Goldsmith)