Pemain sepakbola asal Portugal yang hebat dan mantan pemegang gelar pemain terbaik FIFA, Luis Figo, mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikirimkan ke Associated Press bahwa ia menolak untuk mengikuti proses pemilihan yang dirancang "untuk memberikan kekuasaan absolut kepada satu orang," merujuk pada Blatter, presidn FIFA saat ini.
Pengumuman Figo keluar beberapa jam setelah kandidat lainnya, presiden federasi sepakbola Belanda Michael van Praag, juga mundur dari pemilihan yang akan berlangsung tanggal 29 Mei. Hanya Pangeran Ali bin al-Hussein dari Yordania dan Blatter yang akan memperebutkan posisi tersebut.
Figo mengatakan dalam kampanyenya bahwa ia mendapati kemunafikan di antara presiden federasi di seluruh dunia, dan orang-orang yang ingin bersuara selama ini dibungkam, tanpa menyebutkan nama tertentu.
Ia mengatakan FIFA "hidup di bawah diktator" di bawah kepemimpinan Blatter, yang diperkirakan akan dipilih kembali.
Figo dan Van Praag berargumentasi bahwa FIFA telah kehilangan kredibilitas di tengah-tengah skandal korupsi dan tuduhan nepotisme yang ditujukan pada Blatter, yang ingin memperpanjang kekuasaannya yang telah berlangsung selama 17 tahun dengan masa kepemimpinan ke-lima saat 209 federasi nasional memilih minggu depan.
Van Praag menggalihkan dukungannya kepada wakil presiden FIFA Prince Ali, tapi Figo tidak menyebutkan akan melakukan hal yang sama.
"FIFA harus berubah dan saya rasa perubahaan itu sudah sangat mendesak," kata Figo, menambahkan bahwa ia ingin membersihkan "reputasi FIFA sebagai organisasi yang tidak jelas yang seringkali dilihat sebagai tempat korupsi."
Figo mengatakan seharusnya ada debat publik untuk setiap proposal yang diajukan oleh masing-masing kandidat.
"Itu hal yang normal, tapi proses pemilihan ini tidak seperti pemilihan," ujarnya.
Figo juga mengatakan ketika berkampanye bahwa ia telah "menyaksikan insiden yang terjadi berkali-kali, di seluruh dunia, yang memalukan bagi mereka yang ingin sepakbola menjadi ajang yang bebas, bersih dan demokratis."