Pihak militer Filipina mengatakan lebih dari 165 pemberontak dan 23 tentara serta polisi tewas dalam pertempuran melawan pemberontak Moro itu.
MANILA —
Kepala bidang Pertahanan Nasional Filipina mengatakan Sabtu (28/9), ketegangan selama tiga minggu telah berakhir antara pasukan pemerintah dan kelompok pemberontak Muslim yang katanya menyandera kira-kira 200 orang sebagai perisai manusia di sebuah kota pelabuhan di selatan.
Departemen Pertahanan Filipina mengatakan krisis di kota Zamboanga telah berakhir, tetapi tentara terus beroperasi mengusir sisa-sisa terakhir pejuang fraksi Front Pembebasan Nasional Moro.
Juru bicara Angkatan Bersenjata Brigjen Domingo Tutaan mengatakan pasukan-pasukan melakukan pencarian seksama di kawasan rawa-rawa dan daerah-daerah di sekitar Zamboanga di mana anggota-anggota kelompok itu bertahan selama terjadi ketegangan yang dimulai tanggal 9 September.
“Jadi ini merupakan pembersihan yang tegas terhadap anggota kelompok Misuari, yang barangkali bersembunyi atau bertahan di daerah itu, untuk mengelak atau berusaha menghindari penangkapan,” ujar Tutaan.
Meskipun 195 sandera telah dibebaskan, kata Tutaan, militer tidak bisa mengatakan 100 persen pasti bahwa tidak ada lagi sandera yang ditahan pemberontak.
Lebih dari 150 orang tewas dalam pertempuran dan lebih dari duapertiga yang tewas adalah pemberontak. Tutaan mengatakan paling sedikit 375 pemberontak terlibat dalam insiden yang terjadi setelah militer mengetahui tentang rencana kelompok itu untuk mengibarkan bendera separatis di Balai Kota Zamboanga. Militer mengatakan pemberontak kemudian menggunakan sejumlah penduduk sipil sebagai perisai manusia.
Operasi pemerintah mencakup serangan udara dan apa yang mereka sebut “serangan terarah” pada kelompok yang mereka katakan termasuk kelompok pimpinan bekas Kepala MNLF Nur Misuari. Misuari tidak tampak di depan umum sejak terjadi konflik.
Ustad Habier Malik komandan MNLF di bawah Nur Misuari diperkirakan memimpin kelompok itu di Zamboanga.
Guru besar Universitas Mindanao Barat dan advokat perdamaian Grace Rebollos mengatakan kepada para wartawan di Manila Sabtu, pemerintah harus mempelajari cara-cara baru menangani pemberontakan di negara itu, dimana berlaku norma-norma suku yang beragama Islam. Ia mengatakan status Malik sebagai ustad adalah penting.
Pemberontak Muslim dan pemerintah telah bertempur selama 40 tahun dalam konflik yang menewaskan lebih dari 150.000 orang.
Pada 1996, Misuari menandatangani perjanjian damai dengan Pemerintah Filipina, dengan pembentukan daerah otonomi Muslim di bagian selatan. Tetapi Misuari mengobarkan perang lagi pada 2001, dengan mengatakan pemerintah tidak mematuhi persyaratan.
Departemen Pertahanan Filipina mengatakan krisis di kota Zamboanga telah berakhir, tetapi tentara terus beroperasi mengusir sisa-sisa terakhir pejuang fraksi Front Pembebasan Nasional Moro.
Juru bicara Angkatan Bersenjata Brigjen Domingo Tutaan mengatakan pasukan-pasukan melakukan pencarian seksama di kawasan rawa-rawa dan daerah-daerah di sekitar Zamboanga di mana anggota-anggota kelompok itu bertahan selama terjadi ketegangan yang dimulai tanggal 9 September.
“Jadi ini merupakan pembersihan yang tegas terhadap anggota kelompok Misuari, yang barangkali bersembunyi atau bertahan di daerah itu, untuk mengelak atau berusaha menghindari penangkapan,” ujar Tutaan.
Meskipun 195 sandera telah dibebaskan, kata Tutaan, militer tidak bisa mengatakan 100 persen pasti bahwa tidak ada lagi sandera yang ditahan pemberontak.
Lebih dari 150 orang tewas dalam pertempuran dan lebih dari duapertiga yang tewas adalah pemberontak. Tutaan mengatakan paling sedikit 375 pemberontak terlibat dalam insiden yang terjadi setelah militer mengetahui tentang rencana kelompok itu untuk mengibarkan bendera separatis di Balai Kota Zamboanga. Militer mengatakan pemberontak kemudian menggunakan sejumlah penduduk sipil sebagai perisai manusia.
Operasi pemerintah mencakup serangan udara dan apa yang mereka sebut “serangan terarah” pada kelompok yang mereka katakan termasuk kelompok pimpinan bekas Kepala MNLF Nur Misuari. Misuari tidak tampak di depan umum sejak terjadi konflik.
Ustad Habier Malik komandan MNLF di bawah Nur Misuari diperkirakan memimpin kelompok itu di Zamboanga.
Guru besar Universitas Mindanao Barat dan advokat perdamaian Grace Rebollos mengatakan kepada para wartawan di Manila Sabtu, pemerintah harus mempelajari cara-cara baru menangani pemberontakan di negara itu, dimana berlaku norma-norma suku yang beragama Islam. Ia mengatakan status Malik sebagai ustad adalah penting.
Pemberontak Muslim dan pemerintah telah bertempur selama 40 tahun dalam konflik yang menewaskan lebih dari 150.000 orang.
Pada 1996, Misuari menandatangani perjanjian damai dengan Pemerintah Filipina, dengan pembentukan daerah otonomi Muslim di bagian selatan. Tetapi Misuari mengobarkan perang lagi pada 2001, dengan mengatakan pemerintah tidak mematuhi persyaratan.