Filipina Minta Maaf atas Penembakan Nelayan Taiwan

Menteri Luar Negeri Taiwan David Lin (kanan) menemui utusan Filipina Antonio Basilio (15/3). Filipina menyampaikan permintaan maaf secara resmi atas insiden penembakan nelayan yang mengakibatkan kematian nelayan tersebut, Kamis lalu.

Filipina telah meminta maaf kepada Taiwan atas insiden penembakan seorang nelayan Taiwan oleh pengawal pantai – insiden yang telah memperuncing hubungan kedua negara.
Presiden Filipina Benigno Aquino minta maaf kepada Taiwan atas penembakan tewas seorang nelayan Taiwan oleh Garda Pantai Filipina, setelah Taiwan dengan marah menolak pernyataan penyesalan Filipina atas insiden itu.

Jurubicara presiden mengatakan, Aquino telah mengirim seorang utusan pribadi ke Taiwan untuk menyampaikan penyesalan mendalam dan permintaan maaf presiden dan rakyat Filipina kepada keluarga nelayan yang tewas dan seluruh rakyat Taiwan.

Utusan tertinggi Filipina di Taipei mengutarakan penyesalan mendalam pemerintahnya kepada Menteri Luar Negeri Taiwan David Lin hari Rabu (15/5). Seorang lagi pejabat Filipina berencana untuk bertemu dengan keluarga nelayan itu. Kedua negara merencanakan penyelidikan yang seksama atas insiden tersebut.

Taiwan tsemula mengancam akan memulai latihan angkatan laut dekat Filipina hari Kamis kalau negara itu tidak memperoleh apa yang dianggapnya permintaan maaf yang memuaskan. Belum jelas apakah latihan tersebut masih akan tetap diadakan setelah permintaan maaf ini.

Beberapa jam sebelumnya, Taiwan menarik utusannya dari Filipina dan mengumumkan sejumlah langkah hukuman diplomatik lain sebagai protes atas yang disebutnya tanggapan yang tidak tulus dari kantor perwakilan Filipina di Taipei. Pernyataan pertama Filipina itu menyatakan penyesalan mendalam dan janji untuk menyelidiki kejadian itu, namun tidak menyebut permintaan maaf resmi. Tidak jelas bagaimana tanggapan Taipei atas permintaan maaf yang baru.

Jurubicara Kementerian Luar Negeri Taiwan Kao An Rabu petang mengatakan, utusan pribadi Aquino tidak akan disambut secara resmi di Taipei.

Sebuah kapal Pengawal Pantai Filipina melepaskan tembakan terhadap perahu nelayan itu Kamis lalu di Laut China Selatan dimana kepentingan ekonomi kedua negara tumpang-tindih di wilayah tersebut. Seorang nelayan yang berusia 65 tahun tewas.

Sebagian perairan laut China Selatan yang diperkirakan kaya akan minyak dan gas alam, diklaim tidak hanya oleh Taiwan dan Filipina, namun juga Brunai, China, Malaysia, dan Vietnam.