Film Bertema Agama Masih Jadi Tren di AS

  • Penelope Poulou

Pertunjukan "the Passion of Christ" mengenai penyaliban Yesus Kristus pada perayaan Paskah di Ceko. (Reuters/Petr Josek)

Tren film bertema agama tetap kuat di AS tapi tidak menjadi jaminan keberhasilan box office.
Disebut sebagai "kisah terbaik yang pernah diceritakan," tidak mengherankan jika sudah lebih dari seabad Hollywood masih mengambil inspirasi dari Alkitab.

Tren film-film bertema agama tetap kuat dalam industri film yang memproduksi film semacam itu tahun ini saja. Banyak diantaranya mungkin dilupakan orang hanya beberapa minggu setelah diluncurkan, sementara yang lainnya dapat menjadi film sangat laris. Jadi apa yang membuat film terinspirasi agama berhasil?

Son of God, yang mengisahkan kehidupan Yesus, baru-baru ini diluncurkan dan penjualan tiketnya cukup baik. Gereja-gereja di seluruh AS menyewa bioskop agar jemaah dapat menonton film tersebut.

Profesor filsafat dari American University, Martyn Oliver mengatakan, film-film yang menawarkan penggambaran populer mengenai Yesus menyasar penonton beragama Kristen.

"Tidak ada visi tunggal atau khusus dari para pembuatnya. Mereka memberikan apa yang orang sudah tahun" ujarnya.

Oliver mengatakan para pembuat film tidak banyak mengambil risiko finansial karena pasar Kristen telah teruji pada 2004 dengan The Passion of the Christ. Film kontroversial yang dibuat Mel Gibson tersebut meraup pendapatan US$1 miliar di seluruh dunia.

"Ia melakukan kampanye pemasaran yang agresif di gereja-gereja Protestan dan terutama gereja penginjil yang besar sebelum peluncuran The Passion of the Christ,” ujarnya.

Gibson juga memiliki visi artistik, ujar Oliver, dengan penggambaran penuh kekerasan dan terpolarisasi membuat banyak orang di seluruh dunia kagum. Namun Son of God belum sejajar dengan film Gibson dan target penontonnya bisa berkurang segera.

Tidak seperti Son of God, kisah pengampunan dan terbilang aman mengenai Yesus, film karya Darren Aronofsky, Noah, adalah kisah yang berat tentang kehancuran pada akhir dunia.

"Keputusan Aronofsky untuk fokus pada kemarahan Tuhan, dan itu Tuhan yang barangkali tidak ingin kita pikirkan. Tuhan yang tidak ramah, dan dalam hal ini, tafsir Aronofsky tentang Noah (Nuh) bukanlah yang dipahami oleh orang Kristen," ujarnya.

Profesor Oliver mengatakan Noah lebih setia pada kisah Genesis yang diterima oleh orang Yahudi, Kristen dan Muslim. Namun film ini sepertinya tidak akan menjadi hit. Penerimaannya kurang baik dari penonton yang sebagian besar Katolik di Meksiko karena dianggap terlalu gelap dan tidak mengacu pada karakter Noah. Banyak Muslim yang keberatan dengan film ini, karena Islam melarang penggambaran visual dari para nabi.

Namun Noah barangkali cocok untuk orang-orang yang merasa ada pesan lingkungan hidup di dalamnya, yaitu "lindungi alam atau dihancurkan oleh alam." Selain itu film ini memiliki efek khusus yang mengesankan.

Oliver mengatakan bahkan untuk film-film religius terbaik, keberhasilan bukanlah jaminan. Tapi jika film tersebut memiliki visi artistik, pesan kuat dan cerita yang menggugah, menontonnya dapat menjadi makanan untuk mata dan jiwa.