Forum Ekonomi Global Prediksi Pertumbuhan Global 2021

Organisasi bagi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memprediksi pertumbuhan ekonomi global yang jauh lebih tinggi pada tahun 2021. (Foto: ilustrasi).

Organisasi bagi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memprediksi pertumbuhan ekonomi global yang jauh lebih tinggi pada tahun 2021, karena negara-negara secara bertahap pulih dari dampak pandemi virus corona.

Organisasi internasional berbasis di Paris itu Rabu menyatakan ekonomi dunia akan tumbuh 5,6 persen tahun ini, jauh lebih baik daripada pertumbuhan 4,2 persen yang diprediksi pada Desember lalu.

OECD mendasarkan prediksinya itu pada upaya-upaya vaksinasi COVID-19 yang sedang berlangsung di seluruh dunia dan paket stimulus ekonomi 1,9 triliun dolar di AS. Menurut OECD, ekonomi AS akan tumbuh 6,5 persen pada 2021, lebih dari dua kali lipat prakiraan terdahulu, 3,2 persen, yang dikeluarkan Desember lalu.

OECD menyatakan rencana stimulus ekonomi AS juga akan mendorong kenaikan satu persen tingkat pertumbuhan global. Tetapi organisasi itu juga memperingatkan bahwa kegagalan untuk mempercepat proses vaksinasi dan kemunculan mutasi baru COID-19 menimbulkan risiko signifikan terhadap kemungkinan pemulihan.

BACA JUGA: OECD: Ekonomi Dunia Bangkit Kembali dari Pandemi 

Negara bagian Alaska menjadi yang pertama di Amerika yang menghapus ketentuan kelayakan mendapatkan vaksinasi COVID-19 berdasarkan usia, dan membuat vaksin itu tersedia bagi mereka yang berusia 16 tahun ke atas. Gubernur Mike Dunleavy Selasa mengumumkan itu dalam konferensi pers di ibu kota, Juneau, dengan menyebut keberhasilan Alaska memvaksinasi sebagian besar warganya.

Negara bagian itu pada awalnya membatasi program vaksinasinya pada pekerja layanan kesehatan, guru dan orang-orang berusia 50 tahun ke atas yang bekerja dalam bidang yang dianggap esensial atau yang menderita gangguan kesehatan tertentu.

Tetapi para pejabat pekan lalu mengumumkan tentang perluasan programnya untuk menyertakan warga yang berusia 55 hingga 64, dan siapapun yang berisiko tinggi mengalami sakit parah bila terjangkit COVID-19 karena gangguan kesehatan yang telah diidapnya.

Kantor berita Jepang Kyodo melaporkan bahwa penonton dari luar negeri akan dicegah menghadiri Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo karena pandemi yang masih terus berlangsung.

BACA JUGA: Jepang akan Larang Penonton Asing Hadiri Olimpiade

Mengutip para pejabat yang bersedia berbicara dengan syarat anonim, Kyodo menyatakan pemerintah telah menyimpulkan bahwa menerima penonton dari luar negeri tidak memungkinkan karena kekhawatiran publik mengenai virus corona dan ditemukannya varian COVID-19 yang lebih mudah menular di banyak negara.

Olimpiade Tokyo dijadwalkan untuk diselenggarakan Juli dan Agustus lalu, tetapi penyelenggara dan perdana menteri Jepang ketika itu, Shinzo Abe, memutuskan untuk menunda acara tersebut selama setahun sewaktu virus corona mulai menyebar di seluruh dunia.

Tetapi dengan Tokyo dan beberapa bagian Jepang ditetapkan dalam keadaan darurat baru untuk mengatasi lonjakan kasus baru, berbagai jajak pendapat masyarakat baru-baru ini menunjukkan mayoritas warga Jepang menginginkan pesta olahraga itu ditunda kembali atau dibatalkan.

Lebih dari 117,5 juta orang di seluruh dunia telah terjangkit COVID-19 selama setahun pandemi ini, termasuk 2,6 juta lebih kematian, sebut Johns Hopkins University Coronavirus Resource Center yang berbasis di AS.

Brazil mencatat 1.972 kematian akibat virus corona hari Selasa, jumlah harian tertinggi sejak virus itu merebak di sana. Negara di Amerika Selatan itu mencatat 11,1 juta kasus, tertinggi ketiga di dunia di bawah AS dan India, dan mencatat jumlah kematian terbanyak kedua di dunia dengan 268.370, di bawah AS. [uh/ab]