Apakah yang menyebabkan sebuah sel berkembang menjadi sel otak, atau sel otot atau sel kanker?. Semua itu tersimpul dalam susunan genetika manusia yang disebut DNA, tergantung dari bagian-bagian sel mana yang dihidupkan dan mana yang tidak. Para pakar di Lembaga Salk kini telah menciptakan peta sel tiga dimensi yang menunjukkan bagaimana cara kerja DNA dalam tiap sel.
Foto tiga dimensi itu memungkinkan para pakar mengadakan semacam tour di dalam chromatin sel yang hidup. Terdapat dalam chromatin itu adalah bahan-bahan genetika, yang terdiri dari DNA, RNA dan berbagai protein yang mengatur apa yang harus dilakukan oleh tiap sel. Kata Clodagh O’Shea, pakar pada Lembaga Salk:
“Genome yang terdapat dalam tiap sel tubuh kita sama. Tapi hanya gen-gen tertentu saja dalam sel itu yang dihidupkan, sedangkan yang lainnya tidak aktif. Itulah sebabnya ada sel yang berkembang menjadi sel otak, dan sel lain berkembang menjadi sel otot atau sel tulang.”
Dengan menggunakan bahan pewarna khusus, tim pakar bisa melihat gen DNA mana yang aktif dan mana yang tidak dalam sel; jadi ini adalah cara baru untuk melihat cara kerja sel itu. Kata pakar lainnya, Horng Ou:
“Sejak lama kita telah bisa mempelajari susunan kromosom dengan menggunakan mikroskop elektron. Tapi apa yang mereka lakukan kemudian adalah memecah sel itu untuk melihat susunan kromosom-nya.”
Tapi dengan teknik pencitraan tiga dimensi, para periset bisa melihat gen mana yang aktif dan yang tidak. Kata Clodagh O’Shea lagi:
“Yang ingin kami ketahui adalah susunan atau struktur sel itu sendiri, dan sistem pemindaian tiga dimensi ini memungkinkan kita melihat inti sel dan sekaligus mengetahui apa yang terjadi ketika sel itu membelah menjadi dua, empat, delapan dan selanjutnya. Kalau kita bisa memahami cara kerja struktur ini, ada kemungkinan kita akan bisa mengutak-atiknya untuk menghilangkan bagian-bagian sel yang rusak dan menggantinya dengan bagian sel yang masih utuh.”
Kalau kita bisa melakukan itu, kata para pakar, ada kemungkinan kita bisa mencegah penyakit-penyakit yang sampai sekarang belum ada obatnya, seperti kanker. (Isa Ismail)