Setelah melakukan serangkaian upaya lewat perundingan-perundingan tertutup selama beberapa bulan, China berhasil mengajak negara-negara anggota G20 berjanji untuk mengakhiri proteksionisme perdagangan dan investasi global, yang telah merusak perekonomian China.
Tetapi China belum bisa segera meraup keuntungan apapun karena G20 memberi kesempatan hingga tahun 2018 kepada anggota-anggotanya untuk mewujudkan perjanjian tersebut.
Komunike bersama setelah pertemuan dua hari pemimpin negara-negara dengan tingkat perekonomian yang baik itu menyatakan “kita berkomitmen untuk berdiri teguh dan mengulur langkah-langkah proteksionis hingga akhir tahun 2018, memastikan kembali target untuk melaksanakan hal ini dan mendukung kinerja Organisasi Perdagangan Dunia WTO, Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan UNCTAD, dan Organisasi Kerjasama Pembangunan dan Ekonomi OECD dalam memantau proteksionisme.
Guna tercapainya perjanjian ini, China membayar mahal dengan setuju mengkaji keberatan soal kompetisi tidak adil yang dilakukan China lewat kebijakan subsidi produksi baja.
Negara-negara Barat telah menyampaikan keberatan bahwa subsidi baja dari China telah menghantam industri global dan menimbulkan pengangguran. Amerika membalas kebijakan itu dengan memberlakukan pajak baja China sebesar 500%.
G20 memiliki legitimasi terhadap keberatan itu dalam pernyataan bersama yang mengatakan, “Kami juga mengakui bahwa subsidi dan beragam jenis dukungan dari pemerintah atau institusi yang didukung pemerintah bisa menimbulkan gangguan di pasar dan kelebihan kapasitas global, yang membutuhkan perhatian.”
Komunike itu disampaikan pada akhir pertemuan dua hari kepala pemerintahan 20 negara dengan tingkat ekonomi terbaik di dunia, di kota Hangzhou, China.
Mereka yang hadir antara lain Presiden Amerika Barack Obama, Presiden Rusia Vladimir Putin, Perdana Menteri Inggris Theresa May, Perdana Menteri India Narendra Modi dan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma. [em]