G8 akan Ambil Tindakan jika Korea Utara Uji Coba Nuklir Lagi

  • Al Pessin

Delegasi G8 bertemu di London (11/4) salah satunya mendiskusikan masalah ancaman peluncuran nuklir Korea Utara.

Para menteri luar negeri dalam kelompok negara industri G-8, yang mencakup Rusia, mengancam mengambil 'langkah signifikan' jika Korea Utara melakukan peluncuran atau uji coba nuklir lagi yang melanggar resolusi DK PBB.
Ketua kelompok menteri-menteri luar negeri, Menteri Luar Negeri Inggris William Hague, berbicara atas nama kelompok itu setelah pertemuan mereka.

"Para menteri mendukung komitmen untuk memperberat sanksi-sanksi saat ini dan mengambil langkah-langkah signifikan lebih lanjut jika terjadi peluncuran rudal atau uji coba nuklir lagi oleh DPRK,” kata Hague.

Hague menegaskan ancaman itu mengacu pada sanksi-sanksi lebih lanjut, bukan aksi militer. Tetapi ia mencatat semua negara, termasuk Rusia, sepakat bahwa mereka mengecam keras program nuklir dan rudal Korea Utara.

Tidak ada kebulatan suara dalam hal Suriah, di mana Hague mengakui bahwa Rusia, dan Tiongkok, yang tidak termasuk dalam Kelompok G-8, terus menentang tindakan internasional yang lebih keras. Dia mengatakan tidak ada terobosan tentang Suriah dalam pertemuan di London itu, tapi dia mengatakan bahwa penting untuk terus berunding, dan melanjutkan pengerahan bantuan kemanusiaan dan dukungan non-senjata untuk pihak oposisi Suriah.

Tapi dia mengecam upaya masyarakat internasional secara keseluruhan terhadap Suriah.

"Mengenai Suriah, sejauh ini dunia telah gagal mengemban tanggung jawabnya. Dewan Keamanan PBB - seperti yang pernah saya katakan di parlemen sebelumnya - belum memenuhi tanggung jawabnya,” ujar Hague.

Hague mengatakan proses diplomatik menemui "jalan buntu" karena Rusia dan Tiongkok telah dua kali memveto resolusi Dewan Keamanan yang lebih kuat, dan kemungkinan akan melakukannya lagi.

Ia mengatakan ia yakin bahwa jika tidak ada perubahan, akan ada "alasan kuat" untuk meredakan atau mengangkat embargo senjata Uni Eropa tentang konflik Suriah, ketika tiba waktunya untuk pembaharuan bulan depan. Dia mengatakan Suriah "akan menjadi bencana kemanusiaan terbesar abad ke-21, sejauh ini."

Sengketa dengan Iran atas program nuklirnya juga menjadi salah satu agenda penting para menteri. Menteri Luar Negeri Hague menyebut perundingan pekan lalu di Kazakhstan "mengecewakan," dan mengatakan posisi Iran "jauh dari apa yang dibutuhkan" untuk mencapai kemajuan. Ia menolak untuk mengatakan berapa lama enam negara itu akan melanjutkan perundingan, namun ia mengakui mereka mungkin harus menunggu sampai selesainya pemilihan presiden Iran pada bulan Juni.