1.000 Lebih Ditahan dalam Kekerasan pasca Pemilu di Gabon

Para pendukung oposisi melakukan protes di Libreville, Gabon, Kamis (1/9).

Menteri Dalam Negeri Gabon mengatakan lebih dari 1.000 orang telah ditangkap sejak kekerasan pecah di ibukota hari Rabu setelah pejabat mengumumkan Presiden Ali Bongo terpilih kembali.

Hari Kamis (1/9) polisi berpatroli di jalan-jalan Libreville menyusul bentrokan malam sebelumnya dimana demonstran membakar Gedung Parlemen Nasional dan bangunan-bangunan di dekatnya dan pasukan pemerintah menyerbu markas oposisi.

Di Washington Departemen Luar Negeri mendesak semua pihak untuk bersatu “secara damai” mencegah kerusuhan di masa yang akan datang sementara tidak mengesampingkan “langkah-langkah sepatutnya” yang mungkin dipertimbangkan untuk melangkah maju. “Kita menyesalkan peningkatan kekerasan setelah pengumuman hasil-hasil itu. Ini hasil-hasil awal oleh pemerintah” kata juru bicara John Kirby hari Kamis. “Kita menghimbau kepada pasukan keamanan agar menghormati hak-hak warga Gabon dan semua penduduk Gabon yang dijamin konstitusi”.

Sementara itu pesan keamanan hari Kamis dikeluarkan oleh Kedutaan Besar Amerika di Libreville yang menginformasikan kepada warga negara Amerika mengenai “meluasnya demonstrasi kekerasan, kerusuhan dan penjarahan” di sana dan meminta warga Amerika agar tinggal di lokasi-lokasi yang aman. Menurut pesan keamanan itu, pasukan keamanan menanggapi situasi itu dengan gas air mata dan memasang barikade di jalan-jalan utama, mengurangi transportasi di seluruh kota itu. Ada puing-puing dan mobil yang dibakar menghalangi jalan-jalan di beberapa daerah. Pejabat pemerintah mengatakan sekurangnya satu orang tewas dan 19 lainnya cedera dalam insiden itu. Pemimpin oposisi Jean Ping sebelumnya mengatakan dua orang tewas.

Ping menggugat hasil pemilu resmi yang menunjukkan ia kalah sekitar 5000 suara dari Bongo. Ia mengatakan kampanyenya punya bukti pemilu itu dicurangi dan berencana untuk mengajukannya ke Mahkamah Konstitusi. [my/al]