Garis Besar Kebijakan Luar Negeri Trump Mulai Fokus

  • Cindy Saine

Menlu AS Rex Tillerson (kiri) mendengarkan, sementara Presiden AS Donald Trump memberikan arahan dalam rapat kabinet di Gedung Putih (foto: dok).

Memasuki tujuh bulan masa jabatannya, garis besar kebijakan luar negeri Presiden Donald Trump mulai fokus. Ketika bertarung dalam pemilu presiden, sebagai kandidat ia pernah mengusulkan perubahan kebijakan luar negeri dalam pemerintahannya kelak.

Namun, banyak pakar mengatakan kebijakan pada isu-isu utama seperti Afghanistan, Suriah, dan Korea Utara masih akan mengikuti alur kebijakan luar negeri tradisional Amerika yang sama seperti pendahulunya, mantan Presiden Barack Obama.

Presiden Trump mengatakan ia berubah pikiran tentang rencana penarikan pasukan dari Afghanistan dan berjanji akan menambah jumlah pasukan Amerika untuk membantu pemerintah Afghanistan. Tetapi ia menegaskan bahwa rencananya itu berbeda dengan yang telah diterapkan sebelumnya dalam perang selama 16 tahun itu.

“Kita adalah mitra dan teman, tetapi kita tidak akan mendikte warga Afghanistan tentang bagaimana mereka harus hidup, bagaimana mengatur masyarakat mereka yang rumit. Kita tidak lagi melakukan ‘nation building’. Kita membunuh teroris,” tandas Trump.

Trump berkampanye dengan tema “Amerika yang Pertama”, tetapi sejumlah pakar menegaskan bahwa ini tidak berarti di bawah kepemimpinannya, Amerika akan mundur dari panggung dunia.

James Carafano dari The Heritage Foundation mengatakan, “Amerika perlu benar-benar stabil untuk mengatasi tiga kawasan rawan di dunia – Eropa, Timur Tengah dan Asia. Jadi Anda akan melihat fokus utama pada ketiga bagian itu. Ini bukan soal mundur atau menurunkan kekuatan Amerika. Ini sebenarnya tentang menempatkan kekuatan Amerika di luar sana dan bukan hanya kekuatan militer, tetapi juga kekuatan ekonomi dan diplomatik.”

Presiden-presiden Amerika sebelumnya juga menggunakan kekuatan Amerika yang berbeda, tetapi pakar-pakar mengatakan Trump melangkahi preseden itu dengan kurang menggunakan faktor perdagangan, aliansi dan institusi internasional.

Aaron David Miller dari Wilson Center mengatakan, “Saya kira jika saya harus mencirikan strategi kepemimpinannya, ini adalah strategi yang menggunakan otot, tapi sangat bertentangan dengan strategi nasionalistis 'Amerika yang Pertama'."

Trump tidak hanya memilih kebijakan luar negeri yang sempit, tetapi juga menerapkan kebijakan yang ambigu. Cuitannya di Twitter diikuti sebagai indikasi kebijakan Amerika, namun para pakar mengatakan kadang-kadang hal itu menimbulkan kebingungan. Banyak yang meminta kepastian tentang strategi Amerika itu pada orang lain di dalam kabinet Trump.

Brian Katulis di Center for American Progress mengatakan, “Menurut saya, ia hanya tidak dapat diprediksi dan kebijakan luar negeri Amerika berada di wilayah yang belum dipetakan. Tetapi tim di sekelilingnya – Menteri Pertahanan, Menteri Luar Negeri, Penasihat Keamanan Dalam Negeri – saya kira berupaya keras mempertahankan kebijakan dalam batasan yang lebih konvensional.”

Katulis mengatakan pada VOA, ia khawatir karena dalam 15 tahun terakhir ada kecenderungan memiliterisasi kebijakan luar negeri Amerika, peningkatan anggaran yang sangat besar bagi Departemen Pertahanan, dan ketergantungan yang besar di bawah Presiden Bush – dan kemudian Obama – pada pasukan khusus dan pesawat tanpa awak. Kecenderungan itu tampaknya akan berlanjut di bawah kepemimpinan Trump. [em/al]