Bobot tubuh manusia modern lebih berat dibandingkan tubuh nenek moyang mereka yang bertahan hidup dengan berburu dan mengumpulkan berbagai kebutuhan lainnya.
Namun dalam hal massa tulang, manusia modern lebih ringan dibandingkan leluhur mereka. Sebuah tim riset internasional kini tahu jawabannya, yakni kegiatan pertanian.
Karena manusia mengembangkan pertanian dan berubah ke gaya hidup lebih santai, mulai sekitar 12 ribu tahun lalu, orang-orang tidak lagi menghabiskan sebagian besar waktunya dengan berjalan kaki, lari atau mengangkut sesuatu untuk mendapatkan makanan. Padahal, aktivitas-aktivitas semacam itu bisa membuat tulang tumbuh lebih kuat.
Para peneliti menganalisa sampel tulang lengan dan kaki dari ratusan manusia yang hidup dalam periode waktu 33 ribu tahun lalu di Eropa. Mereka mendapati bahwa adanya pelemahan tulang secara bertahap seiring kehidupan masyarakat yang semakin mengandalkan pertanian, dan bahwa berpindah ke kota, berganti makanan dan perubahan-perubahan gaya hidup lain berpengaruh kecil.
Dengan membandingkan tulang paha dan lengan – yang tak terpengaruh oleh kebiasaan jalan dan lari -- dari berbagai koleksi museum, para peneliti dapat memastikan bahwa perubahan itu terjadi karena menurunnya mobilitas.
Pada artikel di Proceedings of the National Academy of Sciences, para periset mengatakan, kekuatan tulang kaki menurun antara era Mesolitikum, 10 ribu tahun lalu, dan masa kekaisaran Roma, yang dimulai sekitar 2.500 tahun lalu. Kekuatan tulang lengan tetap sama.
Tulang yang lebih ringan membuat manusia modern lebih rentan terkena osteoporosis, yang berisiko tinggi mengakibatkan patah tulang. Para peneliti mengatakan, latihan angkat beban bisa mencegah penyusutan tulang, dan dapat membantu mengembangkan tulang seperti manusia zaman Paleolitikum.