Gedung Putih akan Akhiri Gugus Tugas Covid-19

Presiden AS Donald Trump saat meninjau pabrik Honeywell International yang membuat alat perlindungan diri medis di Phoenix, Arizona, 5 Mei 2020. (Foto: AFP)

Gedung Putih berencana mengakhiri gugus tugas virus coronanya dalam waktu sekitar satu bulan, sementara jumlah kasus terkonfirmasi baru di Amerika masih berkisar antara 1.000 dan 2.000 orang.

Wakil Presiden Mike Pence mengatakan pemerintah sedang mempertimbangkan akhir Mei atau awal Juni untuk mengalihkan manajemen respons nasional terhadap virus corona itu kembali ke badan-badan federal, bukannya ke gugus tugas tersebut. Ia menyebut langkah itu “suatu cerminan atas kemajuan luar biasa besar yang kita buat sebagai negara.”

“Dan seperti saya katakan sebelumnya, sementara kita terus mempraktikkan social distancing dan negara-negara terlibat dalam rencana pembukaan kembali yang aman dan bertanggung jawab, saya benar-benar percaya – dan tren mendukung hal ini – bahwa kita dapat berada dalam situasi yang sangat berbeda,” lanjut Pence.

Wapres AS Mike Pence saat meninjau pabrik General Motors yang memproduksi Ventec ventilator di Kokomo, Ind., 30 April 2020. (AP Photo/Michael Conroy)

Ronald Klain, yang kerap mengkritik Trump dan memimpin respons pemerintah terhadap wabah Ebola tahun 2014 di Afrika Barat di bawah pemerintahan mantan presiden Barack Obama, sangat tidak setuju dengan rencana pemerintah itu. Dalam cuitan di Twitter, Klain menulis bahwa ia meletakkan jabatan sebagai koordinator tanggapan Ebola Gedung Putih sewaktu kasusnya berkurang menjadi lima kasus per minggu.

Ali Mokdad, profesor di Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) di University of Washington, mengatakan, apabila ia yang menjadi penanggungjawabnya, ia akan mengalihkan fokus gugus tugas itu, bukan menutupnya.

“Saya tidak akan mengakhirinya, tetapi saya akan menciptakan gugus tugas pemulihan COVID-19,” ujar Mokdad.

IHME merilis prakiraan baru hari Senin (4/5) yang memproyeksikan 135 ribu kematian di Amerika Serikat hingga awal Agustus. Menurut lembaga itu, angka-angka itu mempertimbangkan pelonggaran tindakan tinggal di rumah dan social distancing yang terjadi di sekitar 30 negara bagian di AS.

BACA JUGA: AS Proyeksikan Kenaikan Tajam Kematian dan Kasus Covid-19

Amerika sekarang ini mencatat 1,2 juta kasus virus corona terkonfirmasi dan lebih dari 71 ribu kematian.

Belum ada obat bagi COVID-19. Tetapi Badan Pengawas Obat dan Makanan AS telah mengizinkan penggunaan obat yang digunakan pada pasien Ebola, untuk penggunaan darurat bagi mereka yang dirawat di rumah sakit karena COVID-19.

Perusahaan farmasi Gilead Sciences yang memproduksi Remdesivir hari Selasa menyatakan sedang dalam pembicaraan dengan perusahaan-perusahaan farmasi mengenai produksi obat bagi mereka di Eropa, Asia dan negara-negara berkembang. Perusahaan itu menyatakan tujuannya adalah “membuat Remdesivir dapat diakses dan terjangkau harganya bagi pemerintah dan pasien di seluruh dunia.”

Suatu uji coba yang dilakukan di AS menunjukkan obat itu mempercepat masa pemulihan bagi pasien virus corona hingga sekitar 30 persen.

BACA JUGA: Fauci Perkirakan Persetujuan Cepat "Remdesivir" untuk Obat Covid-19

Pandemi virus corona telah menghentikan perekonomian di berbagai penjuru dunia karena pemerintah negara-negara meminta rakyat untuk tinggal di rumah, suatu perintah untuk mencegah penyebaran virus itu lebih jauh lagi

BACA JUGA: Studi Baru: Mutasi Percepat Penyebaran Virus Corona

Para pemimpin Eropa secara umum menunggu jumlah infeksi di negara mereka menurun sebelum melonggarkan lockdown yang ketat, suatu proses yang sedang berlangsung di banyak negara anggota Uni Eropa.

Meskipun warga diizinkan kembali bekerja di beberapa sektor, dan lebih banyak lagi toko dan restoran yang diizinkan beroperasi, pemerintah masih mewajibkan warga mengenakan masker wajah dan mempertahankan social distancing di tengah-tengah kekhawatiran bahwa pelonggaran restriksi itu akan menimbulkan gelombang kedua wabah.

BACA JUGA: Pedoman Covid-19 Beragam Memperumit Pembukaan Kembali Sektor Pariwisata Eropa

Komisi Eropa hari Rabu (6/5) mengeluarkan prakiraan, yang memperkirakan resesi “bersejarah” di zona euro tahun ini dengan penyusutan ekonomi 7,7 persen sebelum kembali tumbuh pada tahun 2021.

Di Korea Selatan, yang melaporkan hanya dua kasus baru pada hari Rabu, PM Chung Sye-kyun mendesakkan sikap waspada dan meminta para pejabat agar mempersiapkan diri apabila terjadi lonjakan baru virus corona.

BACA JUGA: Hampir Tak Ada Penambahan Kasus Baru Virus Corona, Korsel Mulai Lagi Pertandingan Bisbol

Rusia terus menghadapi peningkatan kasus, melaporkan lebih dari 10 ribu kasus baru untuk hari ke-empat berturut-turut pada hari Rabu. Negara itu kini mencatat lebih dari 165 ribu kasus dengan 1.500 kematian akibat virus corona. [uh/ab]