Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan menyatakan AS “akan menentukan” pembagian sumbangan dosis vaksin melalui program COVAX.
“Kami tidak mencari konsesi, tidak memeras, atau memaksakan prasyarat seperti yang dilakukan negara lain, penyedia vaksin. Kami tidak melakukan hal-hal semacam itu," kata Sullivan.
“Vaksin yang diberikan itu disumbangkan secara gratis dan jelas kepada negara-negara tersebut, dengan satu tujuan, meningkatkan kesehatan masyarakat sekaligus mengakhiri pandemi.”
BACA JUGA: Taiwan Tuding China Eksploitasi Vaksin untuk Tujuan PolitikPresiden Joe Biden mengumumkan hari Kamis (3/6) bahwa AS akan menyumbangkan 75% vaksin COVID-19 yang tidak terpakai ke program global COVAX dukungan PBB. Itu dilakukan ketika semakin banyak warga Amerika sudah divaksinasi dan adanya ketidakadilan global yang lebih mencolok.
Dari 25 juta dosis tahap pertama, Gedung Putih menyatakan sekitar 19 juta akan diberikan ke program COVAX, di mana sekitar 6 juta dosis untuk Amerika Selatan dan Tengah, 7 juta ke Asia termasuk Indonesia dan 5 juta untuk Afrika.
Dosis vaksin tersebut menandai dorongan yang substansial - dan segera - terhadap upaya COVAX yang berjalan lamban, yang sejauh ini baru mendistribusi 76 juta dosis ke negara-negara yang membutuhkan.
Gedung Putih berupaya membagikan 80 juta dosis secara global pada akhir Juni 2021, sebagian besar melalui COVAX. Akan tetapi 25% kelebihan vaksin itu akan disimpan sebagai cadangan untuk keperluan darurat dan dibagikan langsung kepada mitra dan sekutu AS.
Sisa 6 juta pada tahap awal 25 juta dosis vaksin akan diarahkan Gedung Putih ke sekutu dan mitra AS, termasuk Meksiko, Kanada, Korea Selatan, Tepi Barat dan Gaza, India, Ukraina, Kosovo, Haiti, Georgia, Mesir, Yordania, Irak, dan Yaman, serta untuk pekerja garis depan PBB. [mg/ka]