Gedung Putih Kecam Penyerangan Mantan Mata-Mata di Inggris

Pasukan militer bekerja di sebuah van di Winterslow, Inggris, 12 Maret 2018, pada saat penyelidikan berlangsung mengenai serangan gas saraf terhap mantan mata-mata Rusia, Sergei Skripal dan anak perempuannya pada 4 Maret di Salisbury, Inggris.

Gedung Putih menahan diri dan tidak menyalahkan Rusia atas kasus peracunan mantan perwira intelijen militer Rusia yang menjadi agen ganda untuk dinas intelijen Inggris.

"Penggunaan agen saraf yang sangat mematikan terhadap warga Inggris di tanah Inggris adalah keterlaluan," kata Juru Bicara Gedung Putih, Sarah Huckabee Sanders, kepada wartawan, Senin (12/3). "Serangan itu sembrono, tidak pandang bulu dan tidak bertanggung jawab. Kami mengecam sepenuhnya dan menyampaikan simpati kepada para korban dan keluarganya dandukungan kami kepada pemerintah Inggris."

Huckabee Sanders menambahkan AS membela "sekutu terdekat dan hubungan istimewa yang kita miliki," tapi Sanders tidak mengikuti jejak Inggris menuduh Rusia meracun Sergei Skripal dan putrinya, Yulia, di Salisbury pada 4 Maret. Keduanya masih dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis.

Baca: Tentara Inggris Bantu Polisi Dalam Investigasi Peracunan Mata-mata

"Saya kira mereka masih menyelidiki rinciannya," kata Huckabee Sanders menjawab pertanyaan seorang wartawan mengenai apakah Rusia pelakunya.

"Terdengar seperti tanggapan yang hati-hati, itu tidak apa-apa dan memang seharusnya demikian," kata direktur pengawasan nuklir Stimson Center, Cindy Vestergaard, kepada VOA. Ia menjelaskan pihak berwenang A.S. kemungkinan memilih untuk mengkaji bukti yang dikumpulkan Inggris sebelum menuding Rusia.

"Seperti negara manapun yang mengumumkan pelaku serangan senjata kimia, negara-negara lain perlu memastikan fakta-fakta sebelum melakukan hal yang sama," kata Vestergaard, yang mempelajari pembunuhan dengan senjata kimia. "Meski demikian, akan lebih baik kalau Organisasi Larangan Senjata Kimia (OPCW), organisasi internasional yang ditugaskan memverifikasi dan menerapkan Konvensi Senjata Kimia, melakukan hal yang sama."

Perdana Menteri Inggris Theresa May, Senin, juga mengatakan kepada parlemen "sangat besar kemungkinan" Rusia bertanggung jawab atas serangan tersebut menggunakan agen saraf kadar militer Novichok dan Rusia punya waktu sampai, Rabu (13/3), untuk memberikan tanggapan. [my/ds]