Gedung Putih melanjutkan tradisi mengirim kartu Natal bagi warga AS, yang telah dilakukan secara resmi sejak 1927.
Beberapa waktu lalu Gedung Putih memperlihatkan gambar kartu Natal berwarna hitam putih untuk edisi tahun ini yang menampilkan Bo, anjing keluarga Presiden Obama sedang bermain salju di halaman Gedung Putih.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Gedung Putih selalu mencetak kartu Natal dengan gambar yang berbeda-beda dan mengirimnya bagi warga Amerika yang menginginkan kartu tersebut.
Awalnya, tradisi itu dilakukan oleh Presiden Amerika ke-30, Calvin Coolidge pada 1927. Coolidge, yang berduka akibat kematian putra bungsunya pada 1924, sempat tidak mau mengucapkan selamat Natal pada warga Amerika selama beberapa tahun, sedangkan rakyat terus memberi dukungan dan simpati kepada keluarga Presiden Coolidge.
Akhirnya, hati Presiden Coolidge tergerak untuk mengucapkan selamat Natal bagi warga Amerika. Pada 1927 di pagi Hari Natal, ucapan selamat yang ditulis tangan oleh Presiden Coolidge muncul di setiap surat kabar di Amerika. Peristiwa itu merupakan pertama kalinya presiden Amerika mengucapkan selamat Natal kepada publik.
Tradisi itu diteruskan oleh presiden berikutnya, Herbert Hoover. Saat itu Amerika sedang di berada di ambang depresi besar karena jatuhnya pasar saham. Warga Amerika pun enggan membeli kartu dan hadiah natal, namun hal tersebut tidak menghalangi Presiden Hoover dan ibu negara untuk tetap mengirim kartu-kartu Natal resmi Gedung Putih.
Presiden berikutnya, Franklin Delano Roosevelt, mengirim kartu natal seukuran 7 centimeter kali 10 centimeter dengan tulisan “Christmas 1937” dan gambar dua lumbung gandum warna merah dan dua pohon cemara hijau ditutupi salju. Tahun-tahun berikutnya, gambar dan ukuran kartu itu tetap sama, hanya tahunnya saja yang diubah.
Memasuki masa Perang Dunia II, tradisi mengirim kartu Natal itu tetap dilakukan. Presiden Roosevelt dikenal sangat menggemari tradisi mengirim dan menerima kartu Natal. Hanya dalam waktu tiga tahun, ia bahkan mempunyai koleksi sebanyak 3.000 kartu Natal berbagai desain.
Sejak masa kepresidenan Dwight Eisenhower, kartu Natal Gedung Putih tampak semakin resmi setelah dihiasi meterai Gedung Putih. Presiden Eisenhower juga menunjuk salah satu pembuat kartu hari raya, Hallmark, untuk merancang kartu natal resmi Gedung Putih. Sejak itu, Hallmark telah mendesain lebih dari 35 kartu ucapan hari raya Gedung Putih.
Pada tahun 1961, Presiden John F. Kennedy juga mengirim kartu natal Gedung Putih yang dihiasi sutra hijau pada tepinya. Dalam masa kelam setelah terjadinya penembakan presiden Kennedy pada tanggal 22 November, Gedung Putih tetap mengirim kartu natal. Hanya saja, kartu itu terlihat kaku dengan warnanya yang putih tanpa simbol Natal dan bergaris merah tipis di bagian bawahnya. Presiden Lyndon B. Johnson mengirim kartu-kartu Natal tersebut dalam masa berkabung nasional atas meninggalnya presiden Kennedy. Barulah pada 1967, suasana Natal kembali dihidupkan di lingkungan Gedung Putih.
Tradisi mengirim kartu Natal itu terus berlanjut hingga kini. Ucapan Natal dalam kartu itu pun beragam, tergantung dari pesan yang ingin disampaikan presiden saat itu. Presiden Bill Clinton menulis pesan natalnya pada 1999, “ ..joy and peace in new millennium” dalam menyambut era milenium.
Hingga kini, kartu natal Gedung Putih menjadi buruan para kolektor. Sepucuk kartu natal Gedung Putih berlukiskan seorang malaikat di atas palungan bayi laku terjual seharga US$11.000. Kartu Natal itu merupakan satu di antara 30 kartu yang ditandatangani presiden John F. Kennedy dan istrinya Jacqueline Kennedy sesaat sebelum mereka meninggalkan Dallas pada November 1963.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Gedung Putih selalu mencetak kartu Natal dengan gambar yang berbeda-beda dan mengirimnya bagi warga Amerika yang menginginkan kartu tersebut.
Awalnya, tradisi itu dilakukan oleh Presiden Amerika ke-30, Calvin Coolidge pada 1927. Coolidge, yang berduka akibat kematian putra bungsunya pada 1924, sempat tidak mau mengucapkan selamat Natal pada warga Amerika selama beberapa tahun, sedangkan rakyat terus memberi dukungan dan simpati kepada keluarga Presiden Coolidge.
Akhirnya, hati Presiden Coolidge tergerak untuk mengucapkan selamat Natal bagi warga Amerika. Pada 1927 di pagi Hari Natal, ucapan selamat yang ditulis tangan oleh Presiden Coolidge muncul di setiap surat kabar di Amerika. Peristiwa itu merupakan pertama kalinya presiden Amerika mengucapkan selamat Natal kepada publik.
Tradisi itu diteruskan oleh presiden berikutnya, Herbert Hoover. Saat itu Amerika sedang di berada di ambang depresi besar karena jatuhnya pasar saham. Warga Amerika pun enggan membeli kartu dan hadiah natal, namun hal tersebut tidak menghalangi Presiden Hoover dan ibu negara untuk tetap mengirim kartu-kartu Natal resmi Gedung Putih.
Presiden berikutnya, Franklin Delano Roosevelt, mengirim kartu natal seukuran 7 centimeter kali 10 centimeter dengan tulisan “Christmas 1937” dan gambar dua lumbung gandum warna merah dan dua pohon cemara hijau ditutupi salju. Tahun-tahun berikutnya, gambar dan ukuran kartu itu tetap sama, hanya tahunnya saja yang diubah.
Memasuki masa Perang Dunia II, tradisi mengirim kartu Natal itu tetap dilakukan. Presiden Roosevelt dikenal sangat menggemari tradisi mengirim dan menerima kartu Natal. Hanya dalam waktu tiga tahun, ia bahkan mempunyai koleksi sebanyak 3.000 kartu Natal berbagai desain.
Sejak masa kepresidenan Dwight Eisenhower, kartu Natal Gedung Putih tampak semakin resmi setelah dihiasi meterai Gedung Putih. Presiden Eisenhower juga menunjuk salah satu pembuat kartu hari raya, Hallmark, untuk merancang kartu natal resmi Gedung Putih. Sejak itu, Hallmark telah mendesain lebih dari 35 kartu ucapan hari raya Gedung Putih.
Pada tahun 1961, Presiden John F. Kennedy juga mengirim kartu natal Gedung Putih yang dihiasi sutra hijau pada tepinya. Dalam masa kelam setelah terjadinya penembakan presiden Kennedy pada tanggal 22 November, Gedung Putih tetap mengirim kartu natal. Hanya saja, kartu itu terlihat kaku dengan warnanya yang putih tanpa simbol Natal dan bergaris merah tipis di bagian bawahnya. Presiden Lyndon B. Johnson mengirim kartu-kartu Natal tersebut dalam masa berkabung nasional atas meninggalnya presiden Kennedy. Barulah pada 1967, suasana Natal kembali dihidupkan di lingkungan Gedung Putih.
Tradisi mengirim kartu Natal itu terus berlanjut hingga kini. Ucapan Natal dalam kartu itu pun beragam, tergantung dari pesan yang ingin disampaikan presiden saat itu. Presiden Bill Clinton menulis pesan natalnya pada 1999, “ ..joy and peace in new millennium” dalam menyambut era milenium.
Hingga kini, kartu natal Gedung Putih menjadi buruan para kolektor. Sepucuk kartu natal Gedung Putih berlukiskan seorang malaikat di atas palungan bayi laku terjual seharga US$11.000. Kartu Natal itu merupakan satu di antara 30 kartu yang ditandatangani presiden John F. Kennedy dan istrinya Jacqueline Kennedy sesaat sebelum mereka meninggalkan Dallas pada November 1963.