Gedung Putih Sebut Pernyataan Trump Soal Migran Cerminkan ‘Fasisme’

Mantan Presiden AS dan calon presiden dari Partai Republik Donald Trump berbicara dalam acara "Berkomitmen pada Kaukus" untuk para pendukungnya di Coralville, Iowa, AS, 13 Desember 2023. (Foto: REUTERS/Vincent Alban)

Gedung Putih pada Minggu (17/12) mengecam Donald Trump karena menggunakan apa yang disebutnya sebagai retorika fasis setelah mantan presiden tersebut mengatakan bahwa imigran “meracuni darah negara kita.”

Mereka juga menuduh Trump "memuji para diktator" ketika dia mengutip Presiden Rusia Vladimir Putin pada rapat umum pada Sabtu (17/12) di New Hampshire. Partai Republik pada bulan depan akan memilih kandidat Partai Republik untuk menghadapi Joe Biden dari Partai Demokrat pada Pemilu 2024.

“Menggaungkan retorika mengerikan kaum fasis dan kelompok supremasi kulit putih yang kejam serta mengancam akan menindas mereka yang tidak sependapat dengan pemerintah adalah serangan berbahaya terhadap martabat dan hak-hak seluruh warga Amerika, terhadap demokrasi kita, dan terhadap keselamatan publik,” ujar Wakil Sekretaris Pers Gedung Putih Andrew Bates.

“Hal itu merupakan kebalikan dari apa yang kami perjuangkan sebagai orang Amerika,” katanya dalam sebuah pernyataan.

BACA JUGA: Trump Ulangi Pernyataan Anti-imigran yang Disebut 'Racuni Darah'

Imigrasi diperkirakan akan menjadi salah satu isu yang paling memecah belah menjelang pemilihan presiden AS pada November 2024.

Trump, seorang populis sayap kanan, sebelumnya menggunakan kata-kata sama yang menghasut mengenai migran dalam komentarnya di situs berita konservatif pada Oktober. Namun pada kesempatan hari Minggu (17/12), itu adalah pertama kalinya ia menggunakan kata-kata tersebut dalam acara kampanye politik terbuka.

"Ketika mereka mengizinkan, saya pikir jumlah sebenarnya adalah 15, 16 juta orang, masuk ke negara kita, dan ketika mereka melakukan itu, kita punya banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Mereka meracuni darah negara kita," kata Trump pada acara kampanye tersebut. di Durham, New Hampshire, tanpa memberikan bukti jumlah pasti terkait migran yang masuk ke AS.

Trump kemudian mengutip Putin, pemimpin Rusia yang sebelumnya dia puji meskipun Moskow melakukan invasi ke Ukraina. Pujian tersebut dilontarkan Trump untuk mendukung klaimnya bahwa berbagai dakwaan pidana terhadapnya adalah penganiayaan politik.

Mantan Presiden AS dan calon presiden dari Partai Republik Donald Trump menghadiri acara "Berkomitmen pada Kaukus" untuk para pendukungnya di Coralville, Iowa, AS, 13 Desember 2023. (Foto: REUTERS/Vincent Alban)

"Bahkan Vladimir Putin... mengatakan bahwa penganiayaan yang dilakukan Biden -- dan ini kutipannya -- yang bermotif politik terhadap saingan politiknya sangat baik bagi Rusia, karena ini menunjukkan kebusukan sistem politik Amerika," kata Trump.

Lebih Gila

Trump, yang sangat difavoritkan untuk memimpin Partai Republik dalam pemilu, juga mendapat kecaman dari salah satu pesaingnya dalam perebutan nominasi dari partai tersebut.

“Dia menjadi semakin gila,” kata mantan gubernur New Jersey Chris Christie kepada program State of the Union CNN. “Kita tidak bisa mengalahkan Joe Biden dengan seseorang yang berbicara seperti itu tentang imigran ke negara ini.”

Namun sekutu Trump, Senator Lindsey Graham menepis kehebohan tersebut, dengan mengatakan, "Saya tidak peduli bahasa apa yang digunakan orang-orang selama kami melakukan (kebijakan imigrasi.red) dengan benar.”

BACA JUGA: Jika Terpilih, Trump Rencanakan Deportasi Terbesar dalam “Sejarah AS”

Biden, 81 tahun, baru-baru ini meningkatkan serangan langsung yang menggambarkan Trump yang berusia 77 tahun sebagai ancaman terhadap demokrasi. Hal itu dilakukan ketika ia mulai tertinggal dari Trump dalam jajak pendapat kurang dari satu tahun menjelang pemilu.

Bulan lalu Biden, yang mengalahkan Trump pada Pemilu 2020, menuduh anggota Partai Republik itu mengulangi pernyataan pemimpin Nazi Adolf Hitler ketika dia menggambarkan lawan politiknya sebagai "hama.”

“Seperti yang selalu dikatakan oleh Presiden Biden, para pemimpin kita memiliki tanggung jawab untuk menyatukan negara berdasarkan nilai-nilai bersama – bukan memecah-belah orang Amerika dengan kebencian dan kekejaman, atau mengancam kebebasan inti yang ingin dilindungi oleh negara kita,” kata Bates. [ah/rs]