Israel dan Hamas diperkirakan melakukan pertukaran tahanan dan sandera lebih banyak lagi sementara gencatan senjata memasuki hari kelima, Selasa (28/11).
Israel telah berjanji akan melanjutkan jeda serangannya yang menarget Hamas di Jalur Gaza di luar kesepakatan awal empat hari. Perpanjangan berlangsung satu hari untuk setiap 10 tambahan sandera yang dibebaskan Hamas dan Israel membebaskan 30 orang Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel atas berbagai pelanggaran. Hamas mengukuhkan telah menyetujui perpanjangan dua hari “berdasarkan ketentuan yang sama.”
Qatar membantu merundingkan perpanjangan itu, sedangkan AS, yang menyerukan gencatan senjata selama sandera dibebaskan, mengatakan menyambut baik diperpanjangnya penghentian pertempuran.
Presiden AS Joe Biden dalam sebuah pernyataan mengemukakan bahwa penghentian dalam perang itu telah “memungkinkan peningkatan signifikan bantuan kemanusiaan tambahan untuk warga sipil yang tak bersalah yang menderita di Jalur Gaza.” Ia mengatakan AS tidak akan menghentikan upaya-upaya diplomatiknya hingga seluruh sandera yang ditawan Hamas dapat dibebaskan.
BACA JUGA: Sekjen PBB Dorong Gencatan Senjata Penuh, Bukan Gencatan Sementara“Kami tentu saja ingin melihat ini diperpanjang lebih jauh hingga seluruh sandera dibebaskan,” kata John Kirby, direktur komunikasi strategis Dewan Keamanan Nasional. “Ini benar-benar sasarannya, untuk membuat sandera bersama dengan keluarga mereka, betapa pun lamanya untuk hal itu terjadi.”
Pertukaran keempat sandera yang ditawan Hamas untuk para tahanan Palestina berakhir Senin malam. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan 11 sandera lain yang ditawan Hamas telah dibebaskan dan otoritas penjara Israel mengatakan 33 orang Palestina dibebaskan. Secara keseluruhan, 50 sandera Israel dan 150 orang Palestina dibebaskan selama empat hari gencatan awal.
Meskipun perpanjangan gencatan senjata itu memberi harapan bagi gencatan yang lebih lama, Israel tetap bersikukuh dalam pernyataannya mengenai tujuannya untuk menghancurkan kemampuan militer Hamas dan mengakhiri 16 tahun kekuasaannya di Gaza, wilayah sempit di pinggiran Laut Tengah. Israel menetapkan tujuan itu setelah serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu di Israel Selatan menewaskan sekitar 1.200 orang dan mendorong Hamas menawan sekitar 240 sandera.
BACA JUGA: Gencatan Senjata di Gaza Diperpanjang, UE dan Negara-negara Arab Serukan Solusi Dua NegaraAS telah meminta Israel untuk mencegah “pengungsian lebih lanjut yang signifikan” orang-orang di Gaza, sementara negara itu mengalihkan kampanyenya melawan Hamas di bagian utara Jalur Gaza ke bagian selatan wilayah itu.
Seorang pejabat senior AS yang memberi pengarahan kepada wartawan mengatakan pesan itu telah disampaikan kepada pemerintah Israel, dan bahwa kampanye militer Israel perlu menghindari serangan terhadap posisi-posisi listrik, air dan kemanusiaan di Gaza Selatan.
Israel telah memberitahu orang-orang untuk meninggalkan Gaza Utara dan menuju ke bagian selatan karena negara itu memusatkan bagian awal serangannya terhadap Hamas di bagian utara.
PBB mengatakan sekitar 1,8 juta orang, atau sekitar 80 persen populasi Gaza, mengungsi di dalam Gaza dengan 1,1 juta di antaranya berlindung di fasilitas-fasilitas PBB yang telah penuh sesak.
Ofensif Israel terhadap anggota Hamas di Gaza telah menewaskan lebih dari 14 ribu orang, menurut para pejabat kesehatan Gaza.
Hamas, yang ditetapkan AS sebagai kelompok teror, dan sekutu militan lainnya mungkin masih menyandera hingga 175 tawanan, cukup banyak untuk kemungkinan memperpanjang gencatan senjata selama dua setengah pekan lagi.
Tetapi mereka yang disandera mencakup sejumlah tentara Israel, dan militan dapat mengajukan tuntutan lebih keras bagi pembebasan mereka.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, yang menghadiri pertemuan NATO di Brussels pada hari Senin, dijadwalkan bertolak ke Israel dan Tepi Barat pada Rabu malam, menurut seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS. [uh/ab]