Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Liga Arab, dan Uni Eropa mendesak kedua pihak yang memperebutkan kekuasaan di Libya untuk mematuhi gencatan senjata yang diberlakukan pada Minggu (12/1/2020).
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang mendukung pihak-pihak yang berlawanan, sama-sama menyerukan gencatan senjata.
Misi PBB di Libya meminta kedua pihak yang bertikai untuk "menghormati gencatan senjata" dan mengupayakan diadakannya perundingan perdamaian.
Kedutaan-kedutaan Eropa di Tripoli mengeluarkan pernyataan bersama mendesak rakyat Libya untuk "memanfaatkan peluang yang rentan ini untuk mengatasi isu-isu politik, ekonomi dan keamanan" yang menyebabkan pertikaian.
Negara-negara Liga Arab mendorong kedua pihak yang berlawanan di Libya untuk "berkomitmen untuk menghentikan pertempuran, berupaya meredakan berbagai bentuk eskalasi dan berkomunikasi dengan itikad baik untuk mewujudkan gencatan senjata yang permanen."
Gencatan senjata pada umumnya bertahan pada Minggu (12/1/2020) meskipun sempat terjadi beberapa pelanggaran kecil.
Pasukan dari pemerintah saingan di Libya timur yang dipimpin Jenderal Khalifa Haftar memerangi pemerintah yang didukung PBB di Tripoli, yang dikepalai Perdana Menteri Fayez al-Sarraj.
Pemerintahan Al-Sarraj mengatakan gencatan senjata tidak akan berhasil kecuali Haftar menarik pasukannya dari luar Tripoli. Kedua pihak telah memperebutkan kontrol atas ibu kota sejak April dengan ratusan ribu warga sipil terperangkap di tengah pertempuran. [vm/pp]