Gencatan Senjata Diperpanjang di Aleppo

Warga dan petugas pemadam kebakaran berkumpul di lokasi jatuhnya roket yang menimpa rumah sakit Dubeet hospital di pusat daerah Muhafaza di Aleppo, Suriah (3/5).

Pejabat Amerika mengatakan tujuan AS adalah mencapai titik dimana “kita tidak perlu lagi menghitung jam dan agar gencatan senjata dihormati sepenuhnya di seluruh Suriah.”

Gencatan senjata yang diperpanjang selama 72 jam di Aleppo cukup melegakan bagi penduduk kota yang bergolak di Suriah utara itu.

Keluarga-keluarga pulang ke rumah, sekolah-sekolah dibuka dan beberapa kedai kembali memulai aktivitas ketika gencatan senjata mulai diberlakukan Sabtu (7/5).

Kota itu telah mengalami pertempuran hebat selama beberapa hari yang menewaskan hampir 300 warga sipil, termasuk 57 anak, menurut Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah yang berbasis di Inggris.

AS menyambut baik diperpanjangnya gencatan senjata di Aleppo itu, tetapi terus mengupayakan hasil yang lebih luas.

Juru bicara Departemen Luar Negeri John Kirby mengatakan tujuan AS adalah mencapai titik dimana “kita tidak perlu lagi menghitung jam dan agar gencatan senjata dihormati sepenuhnya di seluruh Suriah.”

Pernyataan itu disampaikan Jumat setelah Kementerian Pertahanan Rusia mengeluarkan pernyataan yang mengukuhkan diperpanjangnya gencatan senjata itu.

Sebelumnya, Kirby mengatakan AS belum mengesampingkan kemungkinan bekerja sama dengan Rusia untuk mengupayakan lebih banyak gencatan senjata lokal di Suriah, apabila diperlukan.

AS dan Rusia mengetuai gugus tugas gencatan senhata. Rusia telah menggunakan pengaruhnya terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad dan AS telah memanfaatkan pengaruhnya terhadap oposisi untuk mencoba menghentikan kekerasan di negara itu.

Kedua negara itu mengumumkan gencatan senjata lokal di Latakia dan Ghouta Timur pekan lalu untuk menjaga agar gencatan senjata nasional yang diumumkan Februari lalu tidak gagal. [vm]