Survei yang dilakukan lembaga KedaiKOPI (Kelompok Diskusi & Kajian Opini Publik Indonesia) pada 7 sampai 22 Juli 2022 terhadap 906 orang melalui wawancara telepon menunjukkan tingkat optimisme generasi muda Indonesia pada sektor isu korupsi semakin rendah di masa depan. Isu korupsi menunjukkan angka pesimisme mencapai 29,8 persen, sedangkan optimisme hanya 12,1 persen.
"Yang paling rendah adalah isu korupsi. Isu korupsi membuat anak-anak muda di Indonesia agak pesimis. Apakah benar korupsi bisa hilang atau semakin rendah di Indonesia itu net indeksnya minus 17,7 persen," kata Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI Kunto Adi Wibowo, Rabu (10/8). KedaiKOPI adalah lembaga yang mengkaji opini publik untuk kebutuhan pengambilan keputusan dan penyusunan strategi komunikasi.
Kunto mengatakan optimisme generasi muda di Indonesia pada sektor politik dan hukum juga mengalami penurunan yang paling rendah dibandingkan sektor lainnya pada tahun 2022. Optimisme generasi muda terhadap sektor politik dan hukum dari angka 28,1 persen pada 2021 menjadi minus 10,2 persen di tahun 2022.
"Kenapa politik dan hukum itu optimisme anak muda kita menilai negatif secara indeks? Karena korupsi dianggap permasalahan utama di Indonesia oleh anak-anak muda," ucapnya.
Sementara secara keseluruhan hasil indeks optimisme generasi muda terhadap isu di berbagai sektor seperti kebutuhan dasar, pendidikan, ekonomi serta kesehatan, dan kehidupan sosial turun 4 persen dari angka 64 persen.
"Hasil indeks optimisme di Indonesia di tahun 2022 total indeks kita 60,3 persen. Ini turun 4 persen dari total indeks optimisme tahun lalu," ujar Kunto.
Menurut Kunto, sektor hukum dan politik ke depannya perlu ditingkatkan. Pasalnya, hanya 16 persen anak muda yang optimis Indonesia mampu menerapkan sistem pemerintahan yang bersih dan transparan di masa depan.
"Praktik korupsi menjadi alasan utama. Hukum dan politik merupakan sektor dengan tingkat optimisme terendah dibandingkan dengan lainnya," ungkapnya.
Pendiri lembaga survei KedaiKOPI, Hendri Satrio, mengatakan meskipun indeks politik dan hukum menurun bukan berarti semuanya negatif.
"Mungkin saja ada keberanian melaporkan yang akhirnya menguak berbagai hal yang terjadi dari apa yang kita alami saat ini. Pada saat keberanian berpendapat muncul maka akan ada gerakan perubahan yang mulai terlihat. Itu tampaknya dibaca oleh generasi muda sebagai hal yang optimis," ujarnya.
Your browser doesn’t support HTML5
Sementara itu, Co-Chair Y20 Indonesia 2022, Indra Dwi Prasetyo, menilai rendahnya indeks optimisme terhadap hukum dan politik lantaran generasi muda kerap dipaparkan dengan isu-isu tersebut setiap saat di media sosial.
"Bisa jadi kita over dosis terhadap politik. Tapi pada waktu yang sama kita kekurangan asupan tentang isu-isu strategis lainnya," katanya. [aa/em]