Georgia pada hari Kamis (31/3) mengecam rencana “yang tidak dapat diterima” yang diumumkan oleh separatis pro-Moskow di wilayah Ossetia Selatan yang memisahkan diri untuk mengadakan referendum guna bergabung dengan Rusia.
Ossetia Selatan berada di pusat perang Rusia-Georgia pada 2008 setelah Kremlin mengakui wilayah itu – berikut wilayah separatis lainnya, Abkhazia – sebagai negara merdeka dan menempatkan pangkalan militer di sana.
Pada hari Rabu, pemimpin separatis Ossetia Selatan Anatoly Bibilov mengatakan negara bagian itu akan mengadakan referendum untuk bergabung dengan Rusia tidak lama setelah “pemilihan presiden” pada 10 April mendatang.
BACA JUGA: Blinken Kecam Dukungan Legislator Rusia atas Separatis di Ukraina TimurMenteri Luar Negeri Georgia David Zalkaliani mengatakan Kamis “tidak dapat diterima untuk berbicara tentang referendum apapun sementara wilayah itu diduduki oleh Rusia.”
“Referendum semacam itu tidak akan memiliki kekuatan hukum,” katanya kepada para wartawan. “Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa telah memutuskan bahwa wilayah Georgia itu diduduki oleh Rusia.”
Pada hari Kamis, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Moskow belum mengambil langkah “hukum” tentang masalah ini.
Juru bicara Bibilov, Dina Gassiyeva, mengatakan kepada kantor berita Rusia RIA Novosti, Kamis, bahwa keputusan untuk mengadakan referendum aitu “terkait dengan jendela peluang yang terbuka dalam situasi saat ini.” Dia merujuk pada invasi Rusia ke Ukraina. Ossetia
Selatan telah mengirim pasukan untuk berperang bersama pasukan Rusia. [lt/ka]