Para pemimpin Uni Eropa dan China dijadwalkan mengadakan pertemuan puncak pertama mereka dalam hampir dua tahun pada hari Jumat (1/4), di mana konflik Ukraina diperkirakan akan mendominasi agenda pertemuan melalui tautan video itu.
Rencana untuk KTT itu sudah dibuat sebelum Rusia menginvasi Ukraina bulan lalu - meskipun pengumuman resmi bahwa Beijing akan hadir baru dikonfirmasi minggu ini. Agenda KTT mencakup isu-isu seperti perubahan iklim, perdagangan dan apa yang Uni Eropa gambarkan sebagai “nilai-nilai universal.” Tapi konflik Ukraina kemungkinan akan menjadi fokus pembicaraan.
Eric Mamer adalah juru bicara Komisi Eropa, badan eksekutif blok tersebut. “Kami menganggap bahwa tugas semua negara anggota PBB adalah bekerja untuk menghentikan konflik ini, menarik pasukan Putin dan menghormati integritas teritorial dan kedaulatan Ukraina. Ini adalah pesan yang menurut saya ditujukan tidak hanya pada China tetapi juga pada setiap negara di dunia yang percaya pada prinsip-prinsip piagam PBB.”
China menempatkan dirinya sebagai pihak netral dalam konflik Ukraina. Sementara Beijing menyatakan ‘kesedihan’ oleh perang itu, pertemuan menteri luar negeri China dan Rusia minggu ini menegaskan kembali hubungan strategis kedua negara itu.
Francesca Ghiretti adalah seorang analis Uni Eropa-China di lembaga penelitian Jerman, Mercator Institute for China Studies. Dia mengatakan China berharap KTT itu akan menawarkan wawasan lebih pada sifat geopolitik Uni Eropa, dan hubungannya yang lebih dekat dengan Washington di bawah pemerintahan Biden.
“China dan UE menginginkan hasil yang sangat berbeda dari KTT ini,” ujarnya.
Dia mengatakan UE ingin China menekan Rusia agar mengakhiri perang di Ukraina - atau setidaknya menjamin dibukanya koridor kemanusiaan. Seperti AS, Eropa juga ingin memastikan Beijing tidak memberikan dukungan militer atau ekonomi kepada Moskow. [lt/ka]