Google berencana melatih 10 juga orang di Afrika dalam bidang ketrampilan online dalam waktu lima tahun ke depan dalam upayanya untuk meningkatkan peluang mereka mendapatkan lapangan pekerjaan, ujar CEO perusahaan itu hari Kamis (27/7).
Perusahaan raksasa teknologi asal AS juga berharap bisa melatih 100.000 pengembang perangkat lunak di Nigeria, Kenya, dan Afrika Selatan, menurut seorang juru bicara wanita perusahaan itu.
Ikrar Google menandakan upaya perluasan dari inisiatif yang diluncurkan perusahaan itu pada bulan April 2016 untuk melatih kaum muda di Afrika untuk ketrampilan di bidang digital. Perusahaan itu mengumumkan bulan Maret lalu pihaknya telah mencapai target awal untuk melatih 1 juta orang.
Perusahaan itu “berkomitmen untuk mempersiapkan 10 juta orang untuk lapangan kerja di masa depan dalam kurun waktu lima tahun ke depan,” ujar CEO Google, Sundar Pichai, dalam konferensi yang diselenggarakan perusahaan tersebut di ibukota perdagangan Nigeria, Lagos.
Google menyatakan perusahaan itu akan menawarkan gabungan antara pelatihan langsung perorangan dan pelatihan online. Google menyatakan dalam blognya bahwa perusahaan itu menyelenggarakan pelatihan dalam bahasa-bahasa Swahili, Hausa, dan Zulu serta mencoba untuk memastikan paling tidak 40 persen dari peserta pelatihan adalah wanita. Perusahaan tersebut tidak mengungkapkan biaya yang dihabiskan untuk menyelenggarakan program tersebut.
Afrika, dengan pertumbuhan populasinya yang cepat, makin terjangkaunya biaya lalu-lintas data internet, pesatnya penggunaan telepon selular, sebagian besar langsung melompati pemanfaatan komputer pribadi, di mata perusahaan-perusahaan teknologi ini sangat menggoda.
Kaum eksekutif, seperti CEO Alibaba Group Holding Ltd, Jack Ma, belum lama ini juga telah berkunjung ke bagian-bagian dari benua itu.
Telepon selular sederhana, minimnya peselancar internet
Namun negara-negara seperti Nigeria, Kenya, dan Afrika Selatan, dimana menurut Google adalah target awal untuk penyelenggaraan pelatihan pengembang perangkat lunak untuk telpon pintar, kemungkinan tidak menawarkan cukup peluang seperti di China dan India untuk perusahaan-perusahaan teknologi.
Kesenjangan sosial yang begitu lebar artinya sebagian besar populasi di tempat-tempat seperti Nigeria memiliki hanya sedikit pendapatan yang siap dibelanjakan, sementara adopsi telepon selular cenderung ke penggunaan model telepon selular sederhana. Ditambah dengan infrastruktur telekomunikasi yang buruk, bisa berarti koneksi internet yang lambat dan lebih sedikit orang yang berselancar di internet, sedangkan perusahaan-perusahaan teknologi mengandalkan peselancar di internet untuk mendapatkan pemasukan.
Google juga mengumumkan rencana untuk menyediakan lebih dari $3 juta dalam bentuk pendanaan tanpa tuntutan pemberian saham, pendampingan, dan akses ke ruang kerja bagi lebih dari 60 perusahaan rintisan asal Afrika dalam kurun waktu tiga tahun.
Selain itu, YouTube juga akan meluncurkan sebuah aplikasi baru, YouTube Go, yang bertunjuan untuk memperbaiki alur video lewat jaringan dengan kecepatan rendah, ujar Johanna Wright, wakil presiden YouTube.
YouTube Go sedang diuji di Nigeria sejak bulan Juni, dan versi percobaan untuk aplikasi ini akan ditawarkan secara global akhir tahun ini, ujarnya. [ww/fw]