Mantan pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev mengatakan, Jumat (24/12), Washington menjadi "sombong dan percaya diri" setelah runtuhnya Uni Soviet, dan ini membuat AS mendorong perluasan aliansi militer NATO.
Dalam beberapa tahun terakhir Presiden Vladimir Putin semakin bersikeras mengatakan bahwa NATO melebar dengan semakin mendekati perbatasan Rusia. Moskow pekan lalu menuntut "jaminan hukum" bahwa aliansi yang dipimpin AS itu akan menghentikan ekspansinya ke arah timur.
"Bagaimana seseorang dapat mengandalkan hubungan yang setara dengan Amerika Serikat dan Barat dalam posisi seperti itu?" kata Gorbachev kepada kantor berita pemerintah RIA Novosti pada malam peringatan pengunduran dirinya sebagai pemimpin Uni Soviet. Ia mengatakan “ada perasaan kemenangan di Barat, terutama di Amerika Serikat" setelah Uni Soviet tidak eksis sejak 1991.
BACA JUGA: Pihak Barat Masih Memperdebatkan Kemungkinan Pemberian Sanksi terhadap Rusia"Mereka menjadi sombong dan percaya diri. Mereka menyatakan kemenangan dalam Perang Dingin," kata Gorbachev, yang kini berusia 90 tahun. Ia bersikeras menyatakan bahwa dunia bisa keluar dari konfrontasi dan perlombaan nuklir adalah berkat usaha bersama Moskow dan Washington. Karena itu, menurutnya, AS seharusnya tidak membangun “kerajaan baru” – pernyataan ini merujuk pada ekspansi NATO.
Meski demikian, Gorbachev menyambut baik pembicaraan keamanan yang akan datang antara Moskow dan Washington. “Mudah-mudahan ada hasilnya,” katanya.
BACA JUGA: Putin Ingin Pembicaraan 'Segera' dengan NATO Terkait Keamanan RusiaPekan lalu Moskow mengajukan tuntutan keamanan besar-besaran kepada Barat, dengan mengatakan NATO tidak boleh menerima anggota baru dan berusaha melarang Amerika Serikat mendirikan pangkalan baru di negara-negara bekas Soviet. Putin mengatakan pada Kamis (23/12) bahwa Washington telah bersedia membahas tuntutan itu dan pembicaraan bisa terjadi pada awal tahun depan di Jenewa. Seorang pejabat senior AS mengatakan Washington siap melakukan pembicaraan "secepat awal Januari."
Gorbachev mengundurkan diri sebagai presiden Uni Soviet pada 25 Desember 1991, beberapa hari setelah para pemimpin Belarus, Rusia dan Ukraina menyatakan bahwa Uni Soviet tidak ada lagi.
Putin, yang mantan agen KGB, kecewa ketika Uni Soviet runtuh. Ia pernah menyebut keruntuhan itu "bencana geopolitik terbesar abad ke-20". [ab/ka]