Puluhan ribu anggota organisasi pemuda di bawah bendera Nahdlatul Ulama, Gerakan Pemuda ANSOR menyatakan perang pada gerakan Islam radikal.
Disaksikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sekitar 34.000 anggota Gerakan Pemuda (GP) Ansor, organisasi di bawah bendera Nahdlatul Ulama, menyatakan akan melawan gerakan Islam radikal di Indonesia.
“Mari kita gelorakan semangat perlawanan dan menyatakan perang pada gerakan radikalisme dan ekstrimisme yang mengatasnamakan Islam. Sanggupkah sahabat Ansor melawan radikalisme yang mengatasnamakan agama?” ujar ketua umum GP Ansor, Nusron Wahid, dijawab dengan aklamasi positif oleh para peserta.
Deklarasi tersebut dilontarkan di Stadion Manahan Solo, Senin (16/7), tempat organisasi pemuda tersebut merayakan ulang tahun ke-78. Nusron menyatakan organisasinya siap menjadi benteng yang menjaga kerukunan umat beragama dan keutuhan Pancasila dari ancaman disintegrasi bangsa.
“Gerakan Pemuda ANSOR memandang tidaklah Indonesia kalau bukan dari Sabang sampai Merauke. Tidaklah Indonesia bila tidak ada orang Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu, dan aliran kepercayaan lainnya. Indonesia adalah Bhinneka tunggal Ika,” ujarnya.
“Bagi GP Ansor, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pancasila adalah harga mati. Tidak ada pertentangan dengan Islam dalam sisi kebangsaan dan humanisme. Antara Islam, Pancasila, dan Bhinneka Tunggal Ika dapat berjalan seiring dan seirama.kita juga tidak akan melawan gerakan radikal dengan cara yang radikal, kita akan menyebarkan dan mengajarkan Islam yang toleran dan menghargai perbedaan,” jelasnya.
Presiden Susilo, yang didampingi sejumlah menteri dalam kabinetnya, juga menyerukan masyarakat untuk ikut mencegah terjadinya gerakan radikalisme, intoleransi yang mengatasnamakan agama.
“Akhir-akhir ini ada sejumlah kasus dan kejadian yang mengganggu kerukunan dan toleransi. Mari kita cegah tindakan kekerasan dan main hakim sendiri yang tidak sepatutnya. Mari kita pastikan bahwa Islam itu cinta kedamaian, tertib hukum dan menjauhi kekerasan, serta anti radikalisme dan ekstrimisme,” ujarnya.
“Mari kita gelorakan semangat perlawanan dan menyatakan perang pada gerakan radikalisme dan ekstrimisme yang mengatasnamakan Islam. Sanggupkah sahabat Ansor melawan radikalisme yang mengatasnamakan agama?” ujar ketua umum GP Ansor, Nusron Wahid, dijawab dengan aklamasi positif oleh para peserta.
Deklarasi tersebut dilontarkan di Stadion Manahan Solo, Senin (16/7), tempat organisasi pemuda tersebut merayakan ulang tahun ke-78. Nusron menyatakan organisasinya siap menjadi benteng yang menjaga kerukunan umat beragama dan keutuhan Pancasila dari ancaman disintegrasi bangsa.
“Gerakan Pemuda ANSOR memandang tidaklah Indonesia kalau bukan dari Sabang sampai Merauke. Tidaklah Indonesia bila tidak ada orang Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu, dan aliran kepercayaan lainnya. Indonesia adalah Bhinneka tunggal Ika,” ujarnya.
“Bagi GP Ansor, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pancasila adalah harga mati. Tidak ada pertentangan dengan Islam dalam sisi kebangsaan dan humanisme. Antara Islam, Pancasila, dan Bhinneka Tunggal Ika dapat berjalan seiring dan seirama.kita juga tidak akan melawan gerakan radikal dengan cara yang radikal, kita akan menyebarkan dan mengajarkan Islam yang toleran dan menghargai perbedaan,” jelasnya.
Presiden Susilo, yang didampingi sejumlah menteri dalam kabinetnya, juga menyerukan masyarakat untuk ikut mencegah terjadinya gerakan radikalisme, intoleransi yang mengatasnamakan agama.
“Akhir-akhir ini ada sejumlah kasus dan kejadian yang mengganggu kerukunan dan toleransi. Mari kita cegah tindakan kekerasan dan main hakim sendiri yang tidak sepatutnya. Mari kita pastikan bahwa Islam itu cinta kedamaian, tertib hukum dan menjauhi kekerasan, serta anti radikalisme dan ekstrimisme,” ujarnya.