Great Barrier Reef menderita pemutihan karang yang meluas dan parah akibat suhu laut yang tinggi, kata sebuah badan pemerintah Australia, Jumat (18/3).
Laporan Otoritas Kelautan Great Barrier Reef, yang mengelola ekosistem terumbu karang terbesar di Australia dan bahkan di dunia itu, muncul tiga hari sebelum delegasi PBB melakukan penilaian apakah status Warisan Dunia sistem terumbu karang itu harus diturunkan karena kerusakan akibat perubahan iklim.
''Pola cuaca selama beberapa pekan ke depan akan sangat penting dalam menentukan tingkat luasan dan tingkat keparahan pemutihan karang di Taman Laut itu,'' kata pihak berwenang.
“Pemutihan telah terdeteksi di seluruh Taman Laut itu. Tersebar luas tetapi bervariasi di berbagai wilayah, mulai dari ringan hingga parah,'' kata otoritas itu.
Great Barrier Reef mengalami kerusakan secara signifikan akibat pemutihan karang yang disebabkan oleh suhu laut yang luar biasa hangat pada tahun 2016, 2017 dan 2020. Pemutihan sebelumnya merusak dua per tiga sistem terumbu karang itu.
BACA JUGA: Australia Janjikan $704 juta untuk Selamatkan Great Barrier ReefKelompok lingkungan Greenpeace mengatakan pemutihan karang yang parah dan meluas, yang diakibatkan pola cuaca La Nina, adalah bukti kegagalan pemerintah Australia untuk melindungi sistem terumbu karang itu dari dampak perubahan iklim.
''Ini adalah tanda pasti bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh pembakaran batu bara, minyak dan gas mengancam keberadaan terumbu karang kita,'' kata Juru Kampanye Dampak Iklim Pasifik Greenpeace Australia Martin Zavan dalam sebuah pernyataannya.
Pada Juli tahun lalu, Australia berhasil mengumpulkan cukup dukungan internasional untuk menunda upaya UNESCO untuk menurunkan status Warisan Dunia sistem terumbu karang itu menjadi “dalam bahaya” karena kerusakan yang disebabkan oleh perubahan iklim.
Namun pertanyaan itu akan kembali menjadi agenda Komite Warisan Dunia pada pertemuan tahunan berikutnya pada bulan Juni. Delegasi PBB akan memeriksa kesehatan sistem terumbu karang itu pekan depan. [ab/uh]