Presiden sementara Venezuela Juan Guaido meminta dukungan internasional untuk menghadirkan demokrasi di Venezuela tanpa kembali menimbulkan pertumpahan darah. Amerika Serikat menuduh orang kuat Venezuela Nicolas Maduro menghalangi bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan rakyatnya. Reporter VOA Zlatica Hoke melaporkan, sementara banyak negara menyerukan Maduro untuk mundur, ia masih menikmati dukungan dari Kuba dan Rusia.
Your browser doesn’t support HTML5
Guaido mengatakan dalam sebuah wawancara yang diudarakan Kamis (7/2) bahwa ia bersedia menerima usulan mantan presiden Nicolas Maduro agar Paus Fransiskus menjadi penengah dengan syarat dialog harus dimulai dengan ketentuan bahwa Maduro harus mundur.
"Saya berusaha menghubungi semua orang, termasuk Bapak Suci (Puas Fransiskus). Siapa saja yang dapat membantu kami mengakhiri pemerintahan seorang yang memaksakan kehendaknya untuk berkuasa. Pemilu yang benar-benar bebas harus diselenggarakan di Venezuela sesegera mungkin.”
BACA JUGA: Trump: Penggunaan Kekuatan Militer di Venezuala “Suatu Opsi”Sejauh ini, Maduro menolak untuk mundur, meskipun berlangsung protes besar-besaran yang mengakibatkan puluhan orang tewas.
Selain itu, kata Guaido, banyak orang sekarat karena kelaparan. "Setiap hari, kami menghitung nyawa manusia. Setiap hari, nyawa seorang anak hilang karena kurang makan, Masa depan mereka dalam bahaya karena tidak memperoleh cukup nutrisi yang mendukung perkembangan kognitif, fisik, dan psikologi mereka. Ini semua ada batasnya. Kita harus segera mengubah ini karena waktunya hampir habis,” imbuhnya.
Amerika Serikat dan sekitar 50 negara lain telah mengakui Guaido sebagai presiden sementara. Utusan khusus AS untuk Venezuela yang baru ditunjuk, Elliott Abrams, memperingatkan, Kamis, bahwa Maduro menyandera rakyatnya sendiri.
“Sementara Guaido menyerukan permohonan bantuan kemanusiaan bagi rakyat Venezuela, Maduro terus menghalangi akses ke bantuan kemanusiaan internasional, dan mengabaikan kebutuhan dasar rakyat Venezuela yang sangat diperlukan kecuali mereka menyatakan kesetiaan kepadanya,” jelas Elliot Abrams.
BACA JUGA: Truk Pembawa Bantuan AS untuk Venezuela Diblokir di Perbatasan KolombiaPresiden AS Donald Trump tidak menutup kemungkinan melakukan intervensi militer di Venezuela. Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan VOA, Kamis, Laksamana Angkatan Laut Craig Faller, kepala komando selatan AS, mengatakan, reaksi China dan Rusia terhadap perkembangan Venezuela harus diamati secara seksama.
"China adalah sebuah kekuatan besar ekonomi yang sedang bangkit, dan negara itu memiliki kepentingan ekonomi dan bisnis di berbagai penjuru dunia. Sayangnya, mereka tidak bermain sesuai aturan. Rusia, di sisi lain, adalah beruang terluka yang sedang menurun kekuatannya namun siap mengamuk,” jelas Trump.
BACA JUGA: Kelompok Eropa Desak Solusi Politik Atasi Krisis di VenezuelaFaller mengatakan Rusia mendukung rezim-rezim yang berkuasa di Kuba, Nikaragua dan Venezuela, dan seringkali menggunakan propaganda anti-AS untuk memperkokoh pijakannya di negara-negara itu. Namun ia mengatakan, banyak negara Amerika Selatan lain yang bermitra dengan AS untuk mendukung demokrasi di kawasan itu. [ab/lt]