Gubernur Aceh Dr Zaini Abdullah, Rabu pagi (3/7) dengan menggunakan pesawat khusus menijau lokasi terparah dan memimpin langsung upaya prioritas penanganan korban gempa di wilayah itu.
BANDA ACEH —
Kepala Bidang Darurat dan Logistik Badan Penangulangan Bencana Aceh (BPBA) Zulkarnain mengatakan petugas-petugas pemerintah menurunkan alat berat, bantuan komunikasi serta kebutuhan logistik untuk pengungsi, terutama di beberapa wilayah terparah tertimpa gempa di kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah, Rabu (3/7).
“Dinas Kesehatan mengerahkan tim dokter berikut obat-obatan, Dinas Pekerjaan Umum (PU) menurunkan alat beratnya sudah di lapangan juga. Sementara dari BPBA mengirimkan logostik, dapur umum, mobil komunikasi dan bantuan personil tim SAR,” kata Zulkarnain.
Gubernur Aceh Dr. Zaini Abdullah, Rabu pagi (3/7) dengan menggunakan pesawat khusus bertolak dari Banda Aceh menuju Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah, untuk menijau lokasi terparah dan memimpin langsung upaya prioritas penanganan korban gempa di wilayah itu.
Pejabat berwenang mengatakan, Gubernur Aceh meminta semua pihak memprioritaskan penanganan korban gempa di dua kabupaten wilayah pegunungan tengah provinsi Aceh itu.
“Gubernur sudah tiba disini sekarang, kami sudah kunjungan ke rumah sakit, sekarang gubernur lanjut ke lokasi kejadian, kawasan Blang Mancung Aceh Tengah, serta wilayah kita ini Cekal dengan jumlah korban yang banyak,” demikian keterangan Wakil Bupati Bener Meriah Rusli M Saleh.
Ditambahkan Wabup Rusli M Saleh, beberapa menteri yang diutus presiden tiba di lokasi bencana, diantaranya Mensos RI Salim Segaf Al Jufri dan Menteri Pekerjaan Umum Joko Kirmanto, Rabu siang (3/7).
Menurut Rusli M Saleh, jumlah korban di wilayahnya bertambah menjadi 14 warga meninggal akibat tertimbun bangunan dan longsor di kawasan perbukitan Desa Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah. Dilaporkan sebanyak 17 korban ditemukan meninggal dunia di Kecamatan Ketol dan sekitarnya di Kabupaten Aceh Tengah.
Sementara itu dalam laporan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara Jakarta, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif menyampaikan perkembangan dan upaya penanganan gempa 6,2 Skala Ritcher yang terjadi di Aceh, Selasa (2/7).
Kepada pers di Jakarta, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, data sementara hingga Rabu (3/7), gempa telah menyebabkan 22 orang meninggal dunia, 210 luka-luka, dan ribuan bangunan serta rumah warga rusak.
Dari 22 warga yang tewas, 10 berasal dari Aceh Tengah dan 12 lainnya dari Kabupaten Bener Meriah. Sementara dari 210 orang yang terluka, 140 merupakan warga Aceh Tengah dan 70 lainnya warga Bener Meriah. Mereka yang terluka dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) setempat dan pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) terdekat.
Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPPA) memperkirakan 2.000 unit rumah mengalami kerusakan, terdiri dari rumah, masjid, meunasah, dan kantor pemerintah. Beberapa ruas jalan juga longsor. Lokasi pengungsian di Aceh Tengah tersebar di 10 titik. Sementara kerusakan bangunan di Kabupaten Bener Meriah masih didata.
Warga Aceh Tengah, Jauhari (37), meminta pemerintah memastikan informasi tepat dan akurat terkait gempa susulan yang sempat meresahkan masyarakat. “Terus kita informasikan gempa agar masyarakat tidak panik, gempa lebih besar lagi,namun yang ada gempa susulan yang tidak lebih besar," kata Jauhari.
Sementara Radzie (27) warga yang lain minta pemerintah agar menetapkan publikasi informasi layanan darurat satu pintu untuk menghindari kepanikan dan trauma warga Aceh. “Pemerintah Aceh bermitra dengan semua pihak, di bawah kendali Pemerintah Aceh , sehingga tidak mengakibatkan beredar(nya) informasi yang (dapat) mengakibatkan masyarakat panik,” ujar Radzie.
Salah seorang korban gempa yang mengungsi , Arnawi (44) warga Bener Meriah mengatakan, petugas-petugas pemerintah terdiri dari TNI, Polri serta instansi pemerintah daerah terkait dan sukarelawan tampak terus memberikan bantuan kepada korban gempa. Menurut Arnawi jaringan komunikasi ponsel belum normal, termasuk listrik di sejumlah wilayah masih padam.
Pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB di Jakarta mengatakan telah memerintahkan penanganan gempa aceh dilakukan secara cepat, dengan mengerahkan tim BNPB, Satuan Reaksi Cepat Penangggulangan Bencana (SRC PB), Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian PU yang berada di kedua kabupaten wilayah pegunungan tengah Aceh itu.
Dilaporkan, BNPB telah mengirimkan pesawat-pesawat udara militer dari Pangkalan TNI AU Pekanbaru Riau ke Aceh untuk membantu penanganan gempa, khususnya di perbatasan Bener Meriah dan Aceh Tengah. BNPB juga memberangkatkan pesawat CN 235 TNI AU untuk melakukan foto udara dan kaji cepat dari udara terkait dampak kerusakan gempa.
Hari Selasa (2/7) Survei Geologi Amerika USGS mengatakan gempa berkekuatan 6,2 skala Richter melanda kawasan itu pukul 4:37 sore waktu lokal. Gempa berpusat di bawah tanah, sekitar 55 kilometer selatan kota Bireuen dengan kedalaman yang cukup dangkal pada 10 kilometer.
Pakar Geologi, Faisal Ardiansyah dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, mengatakan, gempa di Bener Meriah merupakan gempa tektonik dari segmen patahan Sumatera atau patahan Semangko. Gempa tersebut gempa darat yang bukan disebabkan oleh aktivitas gunung berapi Burni Telong yang ada di kawasan Kabupaten Bener Meriah, Aceh.
“Dinas Kesehatan mengerahkan tim dokter berikut obat-obatan, Dinas Pekerjaan Umum (PU) menurunkan alat beratnya sudah di lapangan juga. Sementara dari BPBA mengirimkan logostik, dapur umum, mobil komunikasi dan bantuan personil tim SAR,” kata Zulkarnain.
Gubernur Aceh Dr. Zaini Abdullah, Rabu pagi (3/7) dengan menggunakan pesawat khusus bertolak dari Banda Aceh menuju Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah, untuk menijau lokasi terparah dan memimpin langsung upaya prioritas penanganan korban gempa di wilayah itu.
Pejabat berwenang mengatakan, Gubernur Aceh meminta semua pihak memprioritaskan penanganan korban gempa di dua kabupaten wilayah pegunungan tengah provinsi Aceh itu.
“Gubernur sudah tiba disini sekarang, kami sudah kunjungan ke rumah sakit, sekarang gubernur lanjut ke lokasi kejadian, kawasan Blang Mancung Aceh Tengah, serta wilayah kita ini Cekal dengan jumlah korban yang banyak,” demikian keterangan Wakil Bupati Bener Meriah Rusli M Saleh.
Menurut Rusli M Saleh, jumlah korban di wilayahnya bertambah menjadi 14 warga meninggal akibat tertimbun bangunan dan longsor di kawasan perbukitan Desa Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah. Dilaporkan sebanyak 17 korban ditemukan meninggal dunia di Kecamatan Ketol dan sekitarnya di Kabupaten Aceh Tengah.
Sementara itu dalam laporan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara Jakarta, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif menyampaikan perkembangan dan upaya penanganan gempa 6,2 Skala Ritcher yang terjadi di Aceh, Selasa (2/7).
Kepada pers di Jakarta, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, data sementara hingga Rabu (3/7), gempa telah menyebabkan 22 orang meninggal dunia, 210 luka-luka, dan ribuan bangunan serta rumah warga rusak.
Dari 22 warga yang tewas, 10 berasal dari Aceh Tengah dan 12 lainnya dari Kabupaten Bener Meriah. Sementara dari 210 orang yang terluka, 140 merupakan warga Aceh Tengah dan 70 lainnya warga Bener Meriah. Mereka yang terluka dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) setempat dan pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) terdekat.
Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPPA) memperkirakan 2.000 unit rumah mengalami kerusakan, terdiri dari rumah, masjid, meunasah, dan kantor pemerintah. Beberapa ruas jalan juga longsor. Lokasi pengungsian di Aceh Tengah tersebar di 10 titik. Sementara kerusakan bangunan di Kabupaten Bener Meriah masih didata.
Warga Aceh Tengah, Jauhari (37), meminta pemerintah memastikan informasi tepat dan akurat terkait gempa susulan yang sempat meresahkan masyarakat. “Terus kita informasikan gempa agar masyarakat tidak panik, gempa lebih besar lagi,namun yang ada gempa susulan yang tidak lebih besar," kata Jauhari.
Sementara Radzie (27) warga yang lain minta pemerintah agar menetapkan publikasi informasi layanan darurat satu pintu untuk menghindari kepanikan dan trauma warga Aceh. “Pemerintah Aceh bermitra dengan semua pihak, di bawah kendali Pemerintah Aceh , sehingga tidak mengakibatkan beredar(nya) informasi yang (dapat) mengakibatkan masyarakat panik,” ujar Radzie.
Salah seorang korban gempa yang mengungsi , Arnawi (44) warga Bener Meriah mengatakan, petugas-petugas pemerintah terdiri dari TNI, Polri serta instansi pemerintah daerah terkait dan sukarelawan tampak terus memberikan bantuan kepada korban gempa. Menurut Arnawi jaringan komunikasi ponsel belum normal, termasuk listrik di sejumlah wilayah masih padam.
Pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB di Jakarta mengatakan telah memerintahkan penanganan gempa aceh dilakukan secara cepat, dengan mengerahkan tim BNPB, Satuan Reaksi Cepat Penangggulangan Bencana (SRC PB), Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian PU yang berada di kedua kabupaten wilayah pegunungan tengah Aceh itu.
Dilaporkan, BNPB telah mengirimkan pesawat-pesawat udara militer dari Pangkalan TNI AU Pekanbaru Riau ke Aceh untuk membantu penanganan gempa, khususnya di perbatasan Bener Meriah dan Aceh Tengah. BNPB juga memberangkatkan pesawat CN 235 TNI AU untuk melakukan foto udara dan kaji cepat dari udara terkait dampak kerusakan gempa.
Hari Selasa (2/7) Survei Geologi Amerika USGS mengatakan gempa berkekuatan 6,2 skala Richter melanda kawasan itu pukul 4:37 sore waktu lokal. Gempa berpusat di bawah tanah, sekitar 55 kilometer selatan kota Bireuen dengan kedalaman yang cukup dangkal pada 10 kilometer.
Pakar Geologi, Faisal Ardiansyah dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, mengatakan, gempa di Bener Meriah merupakan gempa tektonik dari segmen patahan Sumatera atau patahan Semangko. Gempa tersebut gempa darat yang bukan disebabkan oleh aktivitas gunung berapi Burni Telong yang ada di kawasan Kabupaten Bener Meriah, Aceh.