Meski faktor internal dan eksternal harus tetap diwaspadai, menurut Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardjoyo, tahun ini ekonomi dan perbankan Indonesia stabil dan kuat.
JAKARTA —
Dalam diskusi dengan pers di Jakarta, Jum’at (17/1), Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardoyo memaparkan kondisi makro ekonomi dan kondisi perbankan di Indonesia.
Diakui Gubernur BI, Agus Marto, suhu politik tahun ini akan naik dan kemungkinan akan berpengaruh negatif terhadap ekonomi, namun BI akan konsisten menjaga stabilitas perekonomian, stabilitas sistem keuangan termasuk menjaga likuiditas perbankan.
“Kita memasuki tahun politik 2014, Bank Indonesia akan konsisten menjaga stabilitas perekonomian dan sistem keuangan. Stabilitas tetap perlu dikedepankan agar struktur ekonomi menjadi lebih seimbang dan sehat, sehingga menjadi pondasi kuat bagi tranformasi ekonomi kedepan, akan diarahkan pada pengelolaan resiko sistemik, resiko kredit, resiko likuiditas, resiko pasar dan penguatan struktur permodalan, di tahun 2014," kata Gubernur BI, Agus Marto.
"Dari sisi domestik, pertumbuhan ekonomi diperkirakan memasuki fase konsolidasi sehubungan dengan belum rampungnya langkah-langkah untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang sustainable. Dari sisi eksternal, konstalasi global akan ditandai dengan terus bergesernya landscape pertumbuhan, dimana ekonomi negara-negara maju semakin baik, sedangkan ekonomi negara berkembang melambat. Kondisi tersebut dapat meningkatkan potensi resiko kredit dan resiko likuiditas di perbankan,” tambahnya.
Gubernur BI Agus Marto menambahkan, BI bekerjasama dengan OJK dan pemerintah, akan terus memantau pengaruh eksternal dan internal terhadap perekonomian dan perbankan Indonesia tahun ini.
Diingatkan Gubernur BI, Agus Marto, BI juga tetap berjaga-jaga berbagai kemungkinan yang bisa saja terjadi. “Kalau dalam kondisi krisis, kehilangan kepercayaan, terjadi segmentasi di industri perbankan itu juga lazim terjadi. Apalagi untuk perbankan Indonesia, dapat dikatakan 15 sampai 20 bank terbesar menguasai 80 persen daripada total aset perbankan," kata Agus Martowardoyo.
"Nanti yang bank-bank besar cuma bertransaksi di antara yang besar, sedangkan yang kecil nanti mungkin tersegmentasi, nah hal ini juga perlu diawasi untuk meyakinkan keterkaitan antar bank dan dampak likuiditas itu kepada tidak stabilnya sistem keuangan,” tambah Gubernur BI, Agus Marto.
Sejak 1 Januari 2014 OJK resmi mengambil alih beberapa tugas perbankan yang selama ini dilakukan BI, terutama mengawasi seluruh kinerja bank yang ada di Indonesia. Sementara BI fokus pada pengendalian inflasi, stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga likuiditas perbankan.
Terkait prediksi kondisi ekonomi dan perbankan Indonesia tahun ini, pejabat OJK, Halim Alamsyah berpendapat OJK optimistis ekonomi dan perbankan Indonesia kuat.
“Suhu normal, tidak ada guncangan yang perlu dikhawatirkan. Memang kursnya guncang-guncang, tapi sistem keuangannya ternyata kuat. Jangkar kestabilan kita sebetulnya memang karena sektor keuangan kita kuat,” jelas Halim Alamsyah.
Diakui Gubernur BI, Agus Marto, suhu politik tahun ini akan naik dan kemungkinan akan berpengaruh negatif terhadap ekonomi, namun BI akan konsisten menjaga stabilitas perekonomian, stabilitas sistem keuangan termasuk menjaga likuiditas perbankan.
“Kita memasuki tahun politik 2014, Bank Indonesia akan konsisten menjaga stabilitas perekonomian dan sistem keuangan. Stabilitas tetap perlu dikedepankan agar struktur ekonomi menjadi lebih seimbang dan sehat, sehingga menjadi pondasi kuat bagi tranformasi ekonomi kedepan, akan diarahkan pada pengelolaan resiko sistemik, resiko kredit, resiko likuiditas, resiko pasar dan penguatan struktur permodalan, di tahun 2014," kata Gubernur BI, Agus Marto.
"Dari sisi domestik, pertumbuhan ekonomi diperkirakan memasuki fase konsolidasi sehubungan dengan belum rampungnya langkah-langkah untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang sustainable. Dari sisi eksternal, konstalasi global akan ditandai dengan terus bergesernya landscape pertumbuhan, dimana ekonomi negara-negara maju semakin baik, sedangkan ekonomi negara berkembang melambat. Kondisi tersebut dapat meningkatkan potensi resiko kredit dan resiko likuiditas di perbankan,” tambahnya.
Gubernur BI Agus Marto menambahkan, BI bekerjasama dengan OJK dan pemerintah, akan terus memantau pengaruh eksternal dan internal terhadap perekonomian dan perbankan Indonesia tahun ini.
Diingatkan Gubernur BI, Agus Marto, BI juga tetap berjaga-jaga berbagai kemungkinan yang bisa saja terjadi. “Kalau dalam kondisi krisis, kehilangan kepercayaan, terjadi segmentasi di industri perbankan itu juga lazim terjadi. Apalagi untuk perbankan Indonesia, dapat dikatakan 15 sampai 20 bank terbesar menguasai 80 persen daripada total aset perbankan," kata Agus Martowardoyo.
"Nanti yang bank-bank besar cuma bertransaksi di antara yang besar, sedangkan yang kecil nanti mungkin tersegmentasi, nah hal ini juga perlu diawasi untuk meyakinkan keterkaitan antar bank dan dampak likuiditas itu kepada tidak stabilnya sistem keuangan,” tambah Gubernur BI, Agus Marto.
Sejak 1 Januari 2014 OJK resmi mengambil alih beberapa tugas perbankan yang selama ini dilakukan BI, terutama mengawasi seluruh kinerja bank yang ada di Indonesia. Sementara BI fokus pada pengendalian inflasi, stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga likuiditas perbankan.
Terkait prediksi kondisi ekonomi dan perbankan Indonesia tahun ini, pejabat OJK, Halim Alamsyah berpendapat OJK optimistis ekonomi dan perbankan Indonesia kuat.
“Suhu normal, tidak ada guncangan yang perlu dikhawatirkan. Memang kursnya guncang-guncang, tapi sistem keuangannya ternyata kuat. Jangkar kestabilan kita sebetulnya memang karena sektor keuangan kita kuat,” jelas Halim Alamsyah.