Hadapi Demonstran di Minneapolis, Garda Nasional akan Dikerahkan Penuh

Seorang pengunjuk rasa di depan gedung yang terbakar di tengah demonstrasi yang terus berlanjut memprotes kematian George Floyd, pria Afrika-Amerika yang ditahan polisi, di Minneapolis, Minnesota, 30 Mei 2020.

Gubernur Minnesota, Sabtu (30/5) menyerukan mobilisasi penuh Garda Nasiona untuk menghadapi apa yang disebutnya kelompok "provokator" yang menunggangi para demonstran, yang terlibat dalam penjarahan, pembakaran dan aksi kekerasan lain di Minneapolis dan St. Paul.

Kekerasan pecah di Minneapolis dan kota kembarnya St. Paul untuk malam keempat pada Jumat (29/5) hingga Sabtu pagi (30/5) dalam protes terkait kematian George Floyd, seorang laki-laki Afrika-Amerika. Floyd meninggal saat proses penahanan oleh seorang polisi berkulit putih. Polisi itu menindih Floyd di bagian lehernya saat pria itu terbaring di jalan, di bagian lehernya. Floyd berulang kali mengatakan, "Saya tidak bisa bernapas."

Videonya tersebar di seluruh dunia dan memicu kemarahan besar.

"Ini bukan berduka, dan ini bukan cara menyampaikan pernyataan [mengenai kematian Floyd] yang kita tahu memang harus diperbaiki. Ini berbahaya, kata gubernur Tim Walz dalam konferensi pers. "Kalian harus pulang."

Para pengunjuk rasa berhadapan dengan pasukan Garda Nasional setelah unjuk rasa memprotes kematian pria Afrika-Amerika, George Floyd, di Minneapolis, Minnesota, 29 Mei 2020. (Foto: Reuters)

Walz mengatakan dia sudah mendengar tentang kabar yang belum bisa dikonfirmasi bahwa kelompok supremasi kulit putih memanfaatkan situasi di Minneapolis untuk memicu lebih banyak kekacauan.

Gubernur mengisyaratkan bahwa kelompok penghasut dari luar negara bagian itu, bertanggungjawab atas sebagian kekerasan, termasuk kelompok supremasi kulit putih, anarkis dan orang-orang yang terasosiasi dengan kartel narkoba.

BACA JUGA: Ratusan Orang Berdemo di Depan Gedung Putih Terkait Kematian George Floyd

Mendeklarasikan "Kota Minneapolis dan St. Paul diserang," Walz memerintahkan mobilisasi penuh Garda Nasional. Dengan perintah itu, jumlah tentara yang akan dikerahkan bertambah lebih dari 700 tentara yang sudah diterjunkan. Mayjen Jon Jensen dari Garda Nasional Minnesota mengatakan akan ada lebih dari 1.700 Garda Nasional di kawasan itu pada Minggu (31/5).

Gubernur menambahkan dia bekerja sama dengan pemerintah federal untuk mengumpulkan informasi mengenai siapa saja yang terlibat dalam kekerasan dan apakah mereka merupakan anggota dari kelompok yang terorganisasi.

Presiden AS Donald Trump mendesak Wali Kota Minneapolis Jacob Frey untuk menindak tegas para demonstran. Trump menegaskan, Sabtu (30/5), militer siap dikerahkan.

Orang-orang berkumpul dalam acara doa bersama mendoakan George Floyd, yang meninggal saat diamankan petugas kepolisian Minneapolis, di Peninsula Park, North Portland, 29 Mei 2020.

Sebuah unjuk rasa damai di Portland, Oregon, untuk memprotes kematian Floyd, bergulir menjadi kekerasan beberapa jam kemudian ketika demonstran menerobos markas polisi dan membakarnya. Kantor berita Associated Press melaporkan para demonstran juga merusak toko-toko, membakar berbagai obyek dan melempari berbagai benda ke arah polisi. Polisi menyebut insiden itu sebagai "kerusuhan" lewat Twitter.

Para demonstran di New York turun ke jalan-jalan untuk hari kedua pada Jumat (29/5), untuk memprotes kematian Floyd. Berbagai laporan mengatakan sebagian massa mendobrak barikade besi.

BACA JUGA: FBI Lakukan Penyelidikan Peran Polisi dalam Kematian Pria Kulit Hitam di Minneapolis

Departemen Kepolisian Los Angeles menyatakan perkumpulan massa ilegal setelah para demonstran merusak jendela toko dan memblokir jalan raya. Polisi memasuki pusat kota Los Angeles untuk membubarkan para demonstran.

Di Atlanta, Georgia, ratusan demonstran bentrok dengan polisi di luar markas CNN, sebagian melempari botol air dan berteriak "Berhenti dari pekerjaanmu."

Protes-protes juga terjadi di Las Vegas dan di Houston, di mana Floyd dibesarkan. Lebih dari 60 pengunjuk rasa berpawai di jalan raya di Houston selama setengah jam hingga melumpuhkan lalu lintas.

Para pengunjuk rasa di Barclays Center, Brooklyn, New York, memprotes kematian George Floyd, pria Afrika-Amerika yang ditahan polisi Minneapolis, Jumat, 29 Mei 2020.

Minneapolis masih tegang setelah protes tiga malam berturut-turut yang dimulai dengan damai, tapi kemudian bergulir menjadi aksi pembakaran dan penjarahan. Polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa.

Wali Kota Minneapolis Jacob Frey memberlakukan jam malam dari Jumat (29/5), pukul 20.00, hingga Sabtu (30/5), pukul 06.00, tetapi tidak dipatuhi para demonstran.

Minneapolis pada Jumat (29/5) malam mengumumkan bahwa Derek Chauvin, mantan polisi yang dituduh membunuh Floyd, dikenakan uang jaminan sebesar $500.000. Chauvin telah ditangkap dan didakwa dengan pasal pembunuhan tak disengaja dan kelalaian yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang.

BACA JUGA: Minneapolis Dicekam Kekerasan dan Penjarahan

Sebelumnya Jumat (29/5), para pejabat di Hennepin County, Minnesota, mengumumkan dakwaan terhadap Chauvin. Dia terlihat dalam video ponsel yang merekam insiden itu. Dia terlihat menindih leher Floyd selama sekitar sembilan menit, sementara Floyd memohon dilepaskan karena tak bisa bernapas.

Floyd dinyatakan meninggal dunia tak lama setelah video itu diambil. Keluarganya merespon dakwaan itu, mengatakan dalam pernyataan mereka ingin jaksa menindaknya dengan lebih berat.

"Penangkapan mantan polisi Minneapolis atas pembunuhan brutal George Floyd disambut baik, tapi kurang adil. Kami mengharapkan dakwaan pembunuhan tingkat pertama. Dan kami ingin melihat polisi lain ditangkap. Kami menyerukan pihak berwenang untuk mengubah dakwaan itu untuk merefleksikan kesalahan sesungguhnya dari polisi itu." [vm/ft]