Haiti, Kamis (8/7), dilanda kekacauan sehari setelah Presiden Jovenel Moise tewas akibat dibunuh, sementara pihak berwenang bertekad untuk memburu lebih banyak lagi tentara bayaran yang diduga menembak presiden sampai mati di kamar tidur rumahnya.
Polisi, Rabu malam (7/7), mengatakan telah membunuh empat tersangka dalam baku tembak di ibu kota Port-au-Prince, menangkap dua lainnya, dan membebaskan tiga petugas yang disandera.
Setidaknya dua tersangka lainnya menurut polisi, ditangkap Kamis. "Pengejaran tentara bayaran terus berlanjut," kata Léon Charles, direktur Kepolisian Nasional Haiti. "Nasib mereka sudah ditentukan: Mereka akan mati dalam pertempuran atau akan ditangkap" ujarnya.
BACA JUGA: 4 Tersangka Pembunuh Presiden Haiti Tewas dalam Baku TembakPerdana Menteri Sementara Haiti, Claude Joseph menempatkan negara itu dalam situasi “keadaan pengepungan” yang secara efektif merupakan darurat militer.
“Kematian ini tidak akan luput dari hukuman,” kata Joseph kepada negara miskin berpenduduk 11 juta orang itu dalam pidato Rabu.
Tetapi para pejabat tidak memberikan rincian mengenai mereka yang tewas dalam baku tembak atau tersangka yang ditahan, atau apa yang mengarahkan polisi kepada para tersangka itu. Pejabat hanya mengatakan serangan itu dilakukan oleh "kelompok yang sangat terlatih dan bersenjata lengkap," dengan para penyerang berbicara bahasa Spanyol atau Inggris.
Motivasi pembunuhan itu masih belum jelas, tetapi Haiti telah lama mengalami kemiskinan dan kekacauan politik.
Carl Henry Destin, seorang hakim Haiti, kepada surat kabar Nouvelliste mengatakan para penyerang menyamar sebagai agen Badan Penegakan Narkoba AS, tetapi pejabat AS dan Haiti mengatakan orang-orang bersenjata itu tidak memiliki kaitan dengan badan tersebut.
Destin kepada surat kabar itu mengatakan para penyerang mengikat seorang pembantu dan pekerja staf rumah tangga lainnya saat mereka menuju ke kamar tidur presiden, di mana mereka menembak Moise setidaknya 12 kali. [my/jm]