PBB menyatakan kekerasan di Republik Afrika Tengah kini telah membuat hampir satu juta orang tersingkir dari rumah mereka, dan bahwa kurangnya keamanan membuat kebutuhan kemanusiaan sulit dipenuhi.
Dalam pernyataan hari Jumat, badan pengungsi PBB mengatakan penjarahan, serangan-serangan terhadap warga sipil, dan kehadiran kelompok-kelompok bersenjata di beberapa tempat pengungsian telah menghambat upaya-upaya membantu mereka yang membutuhkan pertolongan.
Di ibukota, Bangui, kelompok Dokter Tanpa Tapal Batas menyatakan untuk sementara menghentikan sebagian besar layanan medisnya di sebuah fasilitas di dekat bandara, di mana sekitar 100 ribu orang mengungsi untuk menghindari kekerasan.
Koordinator bantuan darurat kelompok tersebut di Republik Afrika Tengah, Carolina Lopez, menyampaikan kepada VOA bahwa beberapa warga sipil di lokasi tersebut telah ditembak.
Lopez mengatakan belum jelas kelompok bersenjata yang mana yang bertanggungjawab atas penembakan tersebut dan apakah warga sipil sengaja dijadikan sasaran.
Ia mengatakan penembakan-penembakan tersebut telah mendorong organisasi bantuan itu untuk menghentikan seluruh layanan, kecuali layanan darurat di lokasi tersebut.
Di ibukota, Bangui, kelompok Dokter Tanpa Tapal Batas menyatakan untuk sementara menghentikan sebagian besar layanan medisnya di sebuah fasilitas di dekat bandara, di mana sekitar 100 ribu orang mengungsi untuk menghindari kekerasan.
Koordinator bantuan darurat kelompok tersebut di Republik Afrika Tengah, Carolina Lopez, menyampaikan kepada VOA bahwa beberapa warga sipil di lokasi tersebut telah ditembak.
Lopez mengatakan belum jelas kelompok bersenjata yang mana yang bertanggungjawab atas penembakan tersebut dan apakah warga sipil sengaja dijadikan sasaran.
Ia mengatakan penembakan-penembakan tersebut telah mendorong organisasi bantuan itu untuk menghentikan seluruh layanan, kecuali layanan darurat di lokasi tersebut.