Harga Cabai Kembali Melonjak

  • Iris Gera

Seperti pernah terjadi sebelumnya, harga cabai di Indonesia kembali melonjak (foto: ilustrasi).

Seperti sempat terjadi pada tahun-tahun lalu harga cabai kembali melonjak akhir-akhir ini. Menurut Menteri Perdagangan tidak benar Kementerian Perdagangan termasuk kelompok yang melakukan kartel dalam proses perdagangan cabai. Sementara Menteri Pertanian mengajak masyarakat aktif menanam cabai di rumah.
Beberapa waktu lalu muncul pendapat berbagai pihak yang mengatakan melonjaknya harga cabai di tanah air akhir-akhir ini disebabkan oleh praktek kartel dan diantaranya dilakukan oleh Kementerian Perdagangan.

Namun kepada pers di Jakarta, Rabu, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan Kementerian Perdagangan tidak pernah menyalahgunakan wewenang dengan memainkan harga cabai dipasar.

Bahkan menurut Menteri Muhammad Lutfi, Kementerian Perdagangan sangat berhati-hati mencermati fluktuasi harga cabai, karena jika harga cabai rendah akan merugikan petani, namun jika harga cabai melonjak akan berpengaruh negatif terhadap inflasi akibat suplai dan kebutuhan cabai tidak berimbang.

“Kalau dibilang Kementerian Perdagangan bagian dari pada komplotan bersekongkol, tidak benar. Sekarang kalau bicara masalah cabai, cabai ini adalah produk yang sangat sensitif, harinya cuma enam hari bertahannya, dan ini ketika harganya tinggi kita menjadi persoalan, ketika rendah kita musti jaga sama-sama,” demikian kata Muhammad Lutfi.

Menteri Pertanian Suswono mengakui harga cabai mengalami gejolak akhir-akhir ini, namun pemerintah akan terus mengantisipasi agar cabai tetap terpenuhi sesuai kebutuhan masyarakat. Menteri Suswono juga berharap masyarakat aktif menanam cabai di rumah-rumah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehingga tidak bergantung pada stok cabai di pasar. Menteri Suswono mengingatkan, kebutuhan cabai rumah tangga akan sulit bersaing dengan kebutuhan cabai para pelaku industri makanan olahan maupun pengusaha kuliner.

“Fluktuasinya memang luar biasa, oleh karena itu kita antisipasi. Khawatir setelah panen raya ini nanti akan terjadi kekurangan pada saat Ramadhan, oleh karena itu dengan gerakan ini kita harapkan mudah-mudahan bisa mengurangilah, setidaknya menambah suplai dan paling tidak setiap rumah tangga bisa mandiri, untuk mengkonsumsi cabai dari hasil tanamannya sendiri,” demikian imbau Menteri Pertanian Suswono.

Sementara menurut pedagang cabai, Haryati, ia membatasi stok cabai dagangannya karena harganya tinggi sehingga konsumen enggan membeli, atau jika ada yang berminat membeli hanya dalam jumlah sedikit.

“Mungkin pasokannya kurang banyak kali ya kalau pas mahal itu. Barangnya langka, mungkin kalau mahal banget dikurangi, paling pakainya rawit hijau, kalau nggak yang putih agak murahan nih, biasanya kalau kayak warteg-warteg pakainya rawit hijau, tetap bawa tapi lakunya nggak kayak kalau lagi murah, kan,”kata Haryati.

Harga cabai saat ini sekitar Rp 90 ribu hingga Rp 100 ribu per kilogram, naik dari harga sebelumnya sekitar Rp 40 ribu per kilogram. Kenaikan tersebut sudah berlangung sekitar tiga minggu terakhir. Meski pemerintah terus berupaya mengatasi persoalan cabai, fluktuasi harga cabai terjadi setiap tahun. Namun sampai saat ini pemerintah belum mampu mengungkap kartel dalam perdagangan cabai meski mengakui cabai merupakan komoditas menggiurkan bagi pedagang karena dibutuhkan banyak kalangan.

Target produksi cabai tahun ini sekitar 1,52 juta ton, turun dibanding realisasi produksi cabai tahun lalu sebesar 1,72 juta ton. Realisasi produksi cabai tahun lalu meningkat dari target semula yaitu sekitar 1,47 juta ton. Hingga saat ini 85 persen hasil produksi cabai nasional diserap oleh industri pangan olahan dan sektor kuliner, sementara 15 persen diserap oleh konsumen berasal dari rumah tangga.

Empat daerah penghasil cabai terbesar di Indonesia adalah Garut, Majalengka, Brebes dan Tuban.