Harga minyak mencapai level tertinggi dalam tujuh pekan terakhir pada Rabu (19/6), yang didorong oleh optimisme terhadap kenaikan permintaan dan kekhawatiran akan adanya eskalasi konflik pada musim panas, sehingga mematahkan laporan industri yang mengatakan bahwa persediaan minyak mentah AS naik secara tak terduga.
Minyak mentah berjangka Brent LCOc1 tercatat naik 23 sen, atau 0,3 persen, pada level $85,56 per barel pada pukul 10.25 WIB, sementara minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) naik 18 sen, atau 0,2 persen, pada $81,75 per barel.
“Data saat ini menyajikan gambaran yang mengecewakan, tetapi ada bibit-bibit pertumbuhan yang menunjukkan adanya prospek yang lebih optimis,” kata Tamas Varga dari pialang minyak PVM.
Harga Brent menyentuh $8, yang berada di atas posisi terendahnya pada awal Juni. “Ini menunjukkan optimisme nyata bahwa neraca minyak global pada akhirnya akan menguat,” tambah Varga.
Setelah memulih dalam dua minggu terakhir, harga Brent dan WTI, yang menjadi patokan minyak dunia itu naik lebih dari $1 pada sesi sebelumnya ke level tertinggi dalam tujuh pekan. Kenaikan ini dipengaruhi serangan pesawat tak berawak Ukraina yang menyebabkan kebakaran depot minyak di pelabuhan utama Rusia.
Sementara di Timur Tengah, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, memperingatkan potensi “perang berskala penuh” antara negaranya dengan Hizbullah di Lebanon, meski AS berusaha menghindari meluasnya konflik antara Israel dan kelompok yang didukung Iran tersebut.
Eskalasi perang berisiko menimbulkan gangguan pasokan di kawasan penghasil minyak utama di dunia itu.
“Penurunan tensi antara kedua belah pihak tampaknya sulit terjadi dalam waktu dekat, yang mungkin akan membuat harga minyak tersokong, karena para pelaku pasar mengabaikan area-area ekonomi yang lemah, mulai dari penjualan ritel AS yang lebih lemah dari perkiraan, hingga data-data ekonomi China bervariasi minggu ini,” kata Yeap Jun Rong, seorang ahli strategi pasar di IG, Singapura.
Data-data ekonomi China pekan ini menunjukkan jumlah produksi industri bulan Mei meleset dari ekspektasi, tetapi penjualan ritel, yang menjadi tolok ukur tingkat konsumsi, menandai pertumbuhan tercepatnya sejak Februari.
Sementara itu, pada Selasa (18/6), sumber-sumber pasar yang mengutip angka dari American Petroleum Institute mengatakan, stok minyak mentah AS naik 2,264 juta barel pada pekan yang berakhir 14 Juni lalu. Survey Reuters menunjukkan bahwa para analis memperkirakan adanya penurunan stok minyak mentah sebesar 2,2 juta barel.
Namun, persediaan bensin turun 1,077 juta barel, sementara hasil sulingan naik 538.000 barel, menurut pernyataan sumber-sumber yang enggan disebutkan namanya. [br/ns]