Polisi menembakkan gas air mata ke pengunjuk rasa yang menyebar di seluruh penjuru Hong Kong, Selasa (1/10). Kantor berita Reuters melaporkan, unjuk rasa itu menjadi tantangan bagi Presiden China Xi Jinping pada hari peringatan pendirian negara Republik Rakyat China ke-70.
Ketegangan sudah meliputi wilayah China itu selama berminggu-minggu. Otoritas Hong Kong berusaha mencegah para pengunjuk rasa agar tidak mengganggu parade hari jadi China pada saat pemerintah pusat bergulat dengan perang dagang dengan AS dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Unjuk rasa yang awalnya damai berubah ricuh dengan polisi menembakkan gas air mata di luar kuil Tao di kawasan pemukiman Wong Tai Sin dan kawasan New Territories di Sha Tin.
BACA JUGA: Demonstrasi Terus Berkecamuk di Hong KongRibuan pengunjuk rasa mengenakan pakain hitam, sebagian memakai topeng Guy Fawkes, berpawai dari Causeway Bay menuju kantor pusat pemerintah di Admiralty. Mereka mengabaikan larangan untuk tidak berunjuk rasa dan membuka kemungkinan bentrok dengan polisi.
Para pengunjuk rasa bertekad memanfaatkan peringatan ke-70 pendirian negara Republik Rakyat China yang jatuh hari ini, Selasa (1/10), untuk melancarkan tuntutan demokrasi yang lebih luas ke panggung internasional. Harapannya, mereka bisa membajak acara yang dianggap China menjadi ajang untuk memamerkan kemajuan ekonomi dan militer China.
Para demonstran memblokir jalan-jalan di Hong Kong, berkejaran dengan para polisi hingga makin menekan pekerjaan menjaga keamanan yang sudah kekurangan orang.
“Saya sudah tidak muda lagi. Tapi bila kami tidak beraksi sekarang, kami tidak akan punya kesempatan lagi untuk berbicara. Sesederhana itu,” kata seorang perempuan pemilik usaha logistik berusia 42 tahun yang menjadi peserta pawai. Dia hanya bersedia dipanggil dengan nama Li.
BACA JUGA: Jurnalis Indonesia Tertembak di Hong Kong Saat MeliputSelasa (1/10), polisi mengatakan pihaknya menangkap lima orang yang berusia antara 17 dan 25 di distrik pusat Wan Chai pada Senin (30/9) malam. Saat ditangkap, kelima orang tersebut memiliki walkie-talkie, korek api, dan bahan-bahan untuk membuat bom molotov, termasuk 18 liter BBM dan botol kosong.
Pihak berwenang sudah menolak memberikan izin untuk pawai, namun berbagai demonstrasi diperkirakan akan tetap berlangsung.
“Saya lebih baik mati daripada tidak ada kebebasan,” kata seorang mahasiswa yang mengaku bernama Green saat ditemui di luar Kuil Che Kung di kawasan New Territories. Kawasan itu menjadi tempat demonstrasi digelar. [ft]