Setelah penelitian selama dua dasawarsa, para peneliti tidak menemukan adanya bukti bahwa tanaman yang direkayasa genetikanya tidak aman untuk dimakan, tetapi mengatakan, evolusi ketahanan atau resistensi baik dari serangga maupun rerumputan liar sekeliling tanaman itu justru menjadi masalah serius.
Menurut sebuah laporan baru dari Akademi Nasional Ilmu Pengetahuan, Teknik, dan Kedokteran, tidak mungkin untuk menyama-ratakan "manfaat dan risiko dari rekayasa genetika tanaman."
Kepala Komite, Fred Gould, Direktur Pusat Rekayasa Genetika dan Masyarakat di North Carolina State University mengatakan, data dan opini yang terkumpul menciptakan sebuah "pandangan membingungkan " dan laporan baru ini menawarkan tinjauan yang tidak berat sebelah.
"Kami menggali secara mendalam ke dalam pustaka untuk mengamati data dari tanaman rekayasa dan tumbuhan yang ditanam secara konvensional", kata Gould.
Studi ini muncul setelah berlangsung diskursus yang kontroversial dan penyusunan peraturan terhadap pelabelan produk makanan yang mengandung karakteristik rekayasa genetika. Komite itu memusatkan pada jagung, kedelai, dan kapas, yang mewakili sebagian besar tanaman pangan yang tumbuh di Amerika.
20 anggota Komite meninjau setidaknya 900 publikasi (penerbitan), dan mendengarkan dari puluhan saksi. [ps/jm]