Hikmah Idul Adha di Tengah Bencana Merapi

  • Iris Gera

Kondisi Gunung Merapi yang masih belum stabil membuat sebagian masyarakat Yogyakarta merayakan Idul Adha di lokasi pengungsian.

Meski berada di lokasi pengungsian, masyarakat Yogyakarta merayakan Idul Adha dengan hikmat.

Gema takbir menggema di tengah hujan deras yang mengguyur kota Yogyakarta sejak Selasa dini hari. Namun kondisi tersebut tidak melunturkan semangat masyarakat Yogyakarta untuk menjalankan ibadah Sholat Idul Adha.

Sebagian Muslim di Yogyakarta merayakan Idul Adha pada hari Selasa, sehari lebih cepat dari yang sudah ditentukan pemerintah. Pemerintah Daerah Yogyakarta juga menyediakan tempat beribadah bagi umat Muslim yang merayakan Idul Adha pada hari Rabu.

Kepada VOA, Imawan Wahyudi selaku Imam Sholat Idul Adha di Masjid Universitas Muhamamdiyah berpendapat, Idul Adha tahun ini adalah perayaan hari besar Islam yang dijalani dengan penuh hikmat di Yogyakarta karena berlangsung di tengah ribuan korban bencana Gunung Merapi. Dingatkannya tidak ada satu umat manusia-pun yang mampu memprediksi kapan bencana akan terjadi dan jika bencana memang sedang menimpa maka harus dijalani dengan tegar.

“Bencana ini sebagai ujianlah dari Allah, yang tentu ujian itu bermaksud agar manusia kembali kepada jalan kemanusiannya yang suci, yaitu hidup dengan baik dan benar sesuai dengan tuntutan dari Allah dan Rasulnya. Dan dengan begitu maka sesungguhnya implikasinya bukan bersifat individu tetapi bersifat kolektif bahkan juga terhadap alam lingkungannya,” ungkap Imawan Wahyudi.

Salah satu lokasi pengungsian. Perayaan Idul Adha membawa hikmah mendalam bagi korban bencana Merapi di Yogyakarta.

Imawan Wahyudi menambahkan, hikmah Idul Adha tahun ini di Yogyakarta dapat diartikan sebagai perenungan bahwa bencana dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan bisa menimpa siapa saja.

“Hikmah Idul Adha ini , ujian ini juga bagian dari pengorbanan bagaimana mereka hidup di tenda dalam kekurangan makan, kurang minum, kurang tidur, dan segalanya bahkan yang terpenting lagi adalah suasana hati yang tidak nyaman itu juga bagian dari pengorbanan sehingga kalau itu diterima dengan tawakal dengan ikhlas itu tidak kalah sebagai sebuah bentuk ibadah kepada Allah yang Insya Allah diterima oleh Allah,” kata Imawan Wahyudi.

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta juga merupakan salah satu lokasi pengungsian bagi korban bencana Merapi. Salah seorang pengungsi, ibu Sumiati mengatakan, hikmah Idul Adha ditengah bencana Merapi ini,“(Bisa) Menambah Iman dan taqwa kita kepada Allah SWT. Cepat selesai, dan kita dapat beraktifitas kembali, pulang seperti biasa, bekerja."

Dari berbagai tempat Sholat Idul Adha, mayoritas membagikan hewan kurban berupa sapi dan kambing yang telah dipotong untuk para korban bencana Merapi. Pembagian hewan kurban dilakukan setelah diolah terlebih dahulu oleh relawan di dapur-dapur umum untuk selanjutnya dimakan bersama-sama oleh para pengungsi.