Lebih dari 100 negara, termasuk China, berisiko memasuki "jebakan pendapatan menengah." Mereka gagal menjadi negara kaya, kata Bank Dunia pada Kamis (1/8) ketika meluncurkan "peta jalan komprehensif" untuk mencapai status berpendapatan tinggi.
Jebakan pendapatan kelas menengah adalah istilah yang mengacu pada keadaan ketika sebuah negara berhasil mencapai tingkat pendapatan menengah, tetapi tidak dapat keluar dari tingkatan tersebut untuk menjadi negara maju. Bank Dunia mengatakan dalam Laporan Pembangunan Dunia 2024 bahwa negara-negara biasanya sampai di "jebakan" seperti itu ketika mencapai sekitar 10 persen PDB AS tahunan per kapita - sekarang sekitar $8.000 - yang terbukti sulit dilampaui. Dengan lebih dari 100 negara yang mewakili lebih dari 75 persen populasi dunia saat ini diklasifikasikan sebagai berpendapatan menengah, menangani masalah ini akan terbukti penting bagi pembangunan ekonomi dalam beberapa dekade ke depan, imbuh Bank Dunia.
"Perjuangan untuk mewujudkan kemakmuran ekonomi global umumnya akan dimenangkan atau dikalahkan di negara-negara berpendapatan menengah," kata Indermit Gill, kepala ekonom Grup Bank Dunia dalam pernyataan. Ia menyerukan "pendekatan baru."
BACA JUGA: Ekonom Prediksi Utang Indonesia Makin Melebar di Pemerintahan yang Baru"Pertama-tama fokus pada investasi; kemudian tambahkan tekanan pada keterlibatan teknologi baru dari luar negeri; dan, terakhir, terapkan strategi tiga cabang yang menyeimbangkan investasi, keterlibatan teknologi, dan inovasi," katanya.
"Bila tekanan demografi, ekologi, dan geopolitik bertambah,” kata Gill, “tidak ada celah untuk kesalahan."
Bank Dunia menunjuk Korea Selatan sebagai contoh negara berkembang yang menggunakan strategi ini. Negara itu berhasil mencapai status berpendapatan tinggi.
"Jika mereka tetap berpegang pada pedoman lama, sebagian besar negara berkembang akan kalah dalam menciptakan masyarakat yang cukup makmur pada pertengahan abad ini," ujar Gill dalam Laporan Pembangunan Dunia. "Tim penulis laporan ini berharap bisa mengubah hitungan ini secara radikal," katanya. [ka/ab]
Your browser doesn’t support HTML5