Polisi Hong Kong, Senin (3/6) menangkap orang kedelapan karena postingan di media sosial tentang peringatan tindakan keras di Lapangan Tiananmen tahun 1989 di Beijing, menjelang peringatan 35 tahun insiden berdarah tersebut.
Penangkapan tersebut merupakan yang terbaru dari serangkaian tindakan penegakan hukum yang diambil sejak Selasa lalu terhadap sebuah kelompok yang dituduh menerbitkan postingan online yang "menghasut" dengan "memanfaatkan hari sensitif yang akan datang".
Kelompok ini adalah kelompok pertama yang ditangkap berdasarkan “Ordonansi Perlindungan Keamanan Nasional” Hong Kong, undang-undang keamanan nasional kedua di kota itu, yang disahkan pada bulan Maret menyusul undang-undang keamanan lain yang diberlakukan oleh Beijing pada tahun 2020.
Polisi mengatakan pada hari Senin bahwa orang kedelapan yang ditangkap adalah seorang pria berusia 62 tahun, yang dicurigai melakukan “pelanggaran sehubungan dengan niat menghasut” – pelanggaran yang sama dengan tujuh orang pertama yang ditangkap minggu lalu.
Berdasarkan undang-undang keamanan baru, tindakan ini dapat dikenai hukuman hingga tujuh tahun penjara.
Di antara mereka yang ditangkap pekan lalu adalah Chow Hang-tung, seorang aktivis terkemuka yang memimpin Aliansi Hong Kong yang sekarang sudah bubar dan pernah mengadakan aksi tahunan untuk memperingati tindakan keras di Lapangan Tiananmen.
Dipenjara sejak tahun 2021, Chow sudah menjalani hukuman penjara lebih dari 30 bulan atas dakwaan lain, termasuk “pertemuan tidak sah” atas upayanya memperingati tragedi 4 Juni itu di depan umum.
Kepala keamanan Hong Kong mengatakan pekan lalu bahwa kelompok tersebut membuat postingan online yang "berusaha memicu ketidakpuasan dan ketidakpercayaan dan bahkan kebencian terhadap pemerintah pusat, pemerintah Hong Kong, dan peradilan".
Enam dari mereka telah dibebaskan dengan jaminan dan tunduk pada “perintah pembatasan pergerakan”, menurut polisi.
Hong Kong dulunya adalah satu-satunya tempat di bawah pemerintahan China yang mengizinkan peringatan publik atas tindakan keras mematikan yang dilakukan Beijing terhadap demonstran prodemokrasi di Lapangan Tiananmen pada tanggal 4 Juni 1989.
Tradisi yang telah berlangsung selama tiga dekade ini telah dilarang sejak tahun 2020, ketika Beijing memberlakukan undang-undang keamanan nasional pertama di pusat keuangan tersebut untuk meredam perbedaan pendapat menyusul protes prodemokrasi yang besar dan terkadang disertai kekerasan pada tahun sebelumnya.
Pada akhir pekan, sebuah surat kabar mingguan Kristen Hong Kong membiarkan halaman depannya kosong, dan menjelaskan dalam editorialnya bahwa masyarakat Hong Kong telah "menjadi lebih ketat". Halaman depan itu tadinya direncanakan akan diisi laporan khusus tentang peringatan 35 tahun peristiwa tersebut,
Sebuah media publikasi mahasiswa menghentikan kampanyenya untuk mengingatkan masyarakat tentang tindakan keras tersebut karena “faktor-faktor yang tidak dapat kami tolak”, menurut sebuah postingan di halaman media sosial resmi mereka pada hari Sabtu.
Dan pada hari Minggu, sebuah toko buku independen mengatakan di Instagram mereka bahwa beberapa polisi berada di sekitar lokasi selama satu jam, mencatat nama-nama pelanggan, setelah stafnya mencantumkan "5.35", kode referensi untuk 4 Juni di jendelanya. [ab/uh]