Para penjaga perbatasan Arab Saudi menghujani para migran Ethiopia dengan tembakan sewaktu mereka mencoba menyeberang melalui Yaman ke negara kerajaan di Teluk itu, kata Human Rights Watch (HRW) dalam sebuah laporannya, Senin (21/8).
Organisasi hak asasi manusia (HAM) yang berkantor pusat di New York ini mengungkapkan, ratusan orang Ethiopia tewas akibat tindakan Saudi itu sejak tahun lalu.
Tuduhan tersebut, yang digambarkan sebagai "tidak berdasar" oleh sumber Pemerintah Saudi, menunjukkan eskalasi pelanggaran yang signifikan di sepanjang "Jalur Timur" yang berbahaya dari Tanduk Afrika ke Arab Saudi, tempat ratusan ribu orang Ethiopia tinggal dan bekerja.
"Para petugas perbatasan Saudi ini membunuh ratusan migran dan pencari suaka di daerah perbatasan terpencil ini tanpa diketahui masyarakat dunia," kata peneliti HRW Nadia Hardman dalam sebuah pernyataannya.
"Menghabiskan miliaran dolar untuk berinvestasi dalam golf profesional, klub sepak bola, dan acara-acara hiburan besar untuk meningkatkan citra Saudi seharusnya tidak mengalihkan perhatian dunia dari kejahatan yang menghebohkan ini," tambahnya.
Sumber Pemerintah Saudi mengatakan kepada AFP: "Tuduhan yang dimuat dalam laporan Human Rights Watch tentang penjaga perbatasan Saudi yang menembak orang-orang Ethiopia saat mereka melintasi perbatasan Saudi-Yaman tidak berdasar dan tidak didasarkan pada sumber yang dapat dipercaya."
HRW telah hampir satu dekade mendokumentasikan pelanggaran terhadap migran Ethiopia di Arab Saudi dan Yaman, tetapi aksi pembunuhan yang baru terungkap ini tampaknya "meluas dan sistematis" dan mungkin merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan, katanya.
Tahun lalu, para ahli PBB sempat melaporkan adanya “tuduhan mengkhawatirkan" bahwa "penembakan artileri lintas batas dan tembakan senjata kecil oleh pasukan keamanan Arab Saudi menewaskan sekitar 430 migran" di bagian selatan Arab Saudi dan bagian utara Yaman selama empat bulan pertama 2022.
Laporan HRW mengatakan belum ada tanggapan atas surat yang mereka kirim ke Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pertahanan Saudi, komisi HAM dan pemberontak Houthi yang menguasai Yaman Utara.
BACA JUGA: HRW: Ethiopia Tahan Banyak Warga Tigray yang Dideportasi dari TelukPada 2015, para pejabat Saudi memobilisasi koalisi militer dalam upaya untuk menghentikan kemajuan Houthi yang didukung Iran, yang telah merebut Ibu Kota Yaman, Sanaa, dari pemerintah yang diakui secara internasional pada tahun sebelumnya.
Perang Yaman telah menciptakan apa yang digambarkan oleh PBB sebagai salah satu situasi kemanusiaan terburuk di dunia.
Laporan HRW didasarkan pada wawancara dengan 38 migran Ethiopia yang mencoba menyeberang ke Arab Saudi dari Yaman, serta dari citra satelit dan video serta foto yang diposting ke media sosial "atau dikumpulkan dari sumber-sumber lain".
Beberapa orang yang selamat menggambarkan serangan yang mereka hadapi berlangsung dari jarak dekat. Para penjaga perbatasan Saudi bahkan sempat bertanya kepada orang-orang Ethiopia "pada bagian tubuh mana mereka lebih suka ditembak", kata laporan itu.
"Semua orang yang diwawancarai menggambarkan adegan horor: perempuan, laki-laki, dan anak-anak berserakan di pegunungan dalam keadaan terluka parah, terpotong-potong, atau sudah mati," katanya. [ab/uh]