Hubungan rapuh antara Indonesia dan Australia kembali mencapai titik terendah. Kali ini, bedanya mungkin karena Australia berada di pihak yang lebih merugi.
Jakarta telah menarik duta besarnya dan menyatakan “menurunkan” tingkat hubungannya dengan Canberra serta menangguhkan kerjasama mengenai penyelundupan manusia setelah muncul laporan mengenai penyadapan telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan ibu negara serta delapan menteri dan pejabat tinggi lainnya pada tahun 2009.
Perdana Menteri Australia Tony Abbott, yang ketika itu belum berkuasa, menolak tuntutan meminta maaf atas kegiatan spionase tersebut, meskipun ia menyebut Indonesia memiliki hubungan bilateral paling penting dengan Australia.
Ia menyatakan bahwa Australia tidak menggembar-gemborkan keluhannya sewaktu spionase Indonesia terhadap Australia terbongkar pada tahun 2004.
Indonesia bukan hanya mitra dagang penting Australia. Di bawah pemerintahan presiden Yudhoyono, Indonesia merupakan penyokong Australia dalam berbagai forum penting di kawasan untuk mencapai kerjasama dalam mengatasi berbagai masalah, seperti terorisme, penyelundupan manusia, pencucian uang, dan berbagai bentuk kejahatan antarnegara lainnya.
Perdana Menteri Australia Tony Abbott, yang ketika itu belum berkuasa, menolak tuntutan meminta maaf atas kegiatan spionase tersebut, meskipun ia menyebut Indonesia memiliki hubungan bilateral paling penting dengan Australia.
Ia menyatakan bahwa Australia tidak menggembar-gemborkan keluhannya sewaktu spionase Indonesia terhadap Australia terbongkar pada tahun 2004.
Indonesia bukan hanya mitra dagang penting Australia. Di bawah pemerintahan presiden Yudhoyono, Indonesia merupakan penyokong Australia dalam berbagai forum penting di kawasan untuk mencapai kerjasama dalam mengatasi berbagai masalah, seperti terorisme, penyelundupan manusia, pencucian uang, dan berbagai bentuk kejahatan antarnegara lainnya.